Cerita dewasa kak alya

Cerita dewasa kak alya

cerita dewasa

Sabtu, 28 April 2018

Di sebuah komplek perumahan yang tidak begtu elit di Jakarta Timur tinggal seorang anak bernama Bayu. Usianya baru 11 tahun. Dia tmbuh d keluarga kelas menengah dari seorang ayah bernama Haris dan ibu brnama Nia.

Haris, Ayah Bayu, merupakan karyawan swasta sebuah perusahaan BUMN di Jakarta. Usianya 39 tahun. Haris sering sibuk dengan pekerjaannya. Meski dmikian, akhir pekan selalu ia sempatkan waktu bersama keluarga. Hanya saja, yang terbilang buruk dariHaris ini ialah orangnya tergolong dadakan. Sebagai contoh, pernah bayu mengajak ayahnya bermain badminton saat akhir pekan, namun ayahnya tak bisa karena ada pekerjaan kantor yang deadline dan harus dikerjakan di rumah. Oleh karena itu, segera bayu pergi dan memilih bermain dengan temannya saja. Tak lama kemudian ayahnya mendadak mencari bayu untuk malaksanakan hal yang tadiny batal. Ya jelas saja ayahnya tak menemukan bayu, bayunya sudah pergi.

Nia, Ibu Bayu, merupakan ibu rumah tangga pada umumnya. Usianya 37 tahun. Sebelumnya, dia sempat bekerja di sebuah perusaahan swasta yang bergerak di bidang konsultasi perbankan. Namun, pasca melahirkan Bayu, ia sepakat untuk resign daripekerjaan dan fokus menjadi ibu rumah tangga atas restu dari sang suami.

Di lingkungan tempat tnggal Nia sering digoda bapak-bapak hdung belang. Bagaimana tidak, tubuh nia yang sintal dan padat ditopang dengan tinggi 168cm mengundang para lelaki untuk menggodanya. Belum lagi payudaranya yang berukuran 34 E membuat hawa nafsu para laki laki bergejolak dan ‘adik kecil’ terbangun. Hal tersebut bisatergambarkan karena Nia sering menggunakan kaos ketat dan celana pendek jika ke warung atau toko disekitar lingkungan rumahnya. Oleh karena itu tak heran buah dadanya yg membusung serta sintal tubuhny mnjd tontonan gratisan bagi para lelaki, terutama kaum bapak.

Oleh karena bayu anak semata wayang, tentu orang tuanya sangat posesif terhadap bayu. Bayu sering disuruh langsung pulang ketika pulang dari sekolah. Apalagi sekolah bayu tergolong sekolah yang meniadakan pekerjaan rumah sehingga tak ada waktu berkumpul bersama teman di luar jam sekolah, kecuali akhir pekan. Selebihnyabayu menghabiskan waktunya di rumah. Orang tuany pun memantau dengan siapa bayu bergaul di sekolah maupun lingkungan sekitar. Tak heran bayu sering dianggap sebagai anak yang kuper alias kurang pergaulan dan polos oleh teman sebayanya.

Akhir pekan tiba, pagi menyongsong, matahari perlahan terbit dari timur memancarkan sinar pelita, tentu menyenangkn dan bahagia bagi keluarga Pak Haris, terutama Bayu. Dirinya merasa merdeka karena 5 hariterkungkung di dalam rumah, kecuali saat sekolah dan sekarang, akhir pekan. Nmun, akhir pekan ini ia tak gunakan waktunya untuk bermain bersama teman temannya karena dia bersama kedua orang tuanya sepakat untuk rekreasi ke Garut.

«Ma. ma. ma. mama dimana?» Tanya bayu yang masih kusut usai bangun tdur.

«Di sini de. » sahut Nia, ibu bayu, yangtampak dengan perlahan mempersiapkan bekal untuk rekreasi.

«Mama lagi apa? Kelihatannya sibuk banget pagi pagi begini».

«Kamu pasti lupa de. Kan hari ini kita mau jalan jalan ke Garut?!» Sambil menatap bayu yang berada disampingnya.

«Ohh ya yaaaa!» Sahut bayu kegirangan.

Langsung ia bergegas mncri ayahnya ksmua sdut ruangan. Dn ternyata, sang ayah lg mngecek kndisi mbil yg digunakan.

«Yah. ayahh. yahhh. Ayah dimana. Kita jadi ke Garut kan. «

«Di sini de! Iya dong.» Jawab sang ayah sambil mengecek kondisi mobilnya

«Assyiiikkkk jalan jalan jalan jalan jalannn»

Begtu crianya wajah bayu hari itu sampai smpai sang ayah keheranan. Hanya saja,

«De, tapi perginya gak sama ayah ya. Sama mama aja. Ayah mendadak harus menengok teman ayah yang semalam kecelakaan.»

Wajah bayu yang tadi ceria seketika cemberut tercermin kekecewaan yang begitu mendalam.

«Yah ayah. «, bayu menggerutu.

«Maaf ya dee ayah gak bisa nemenin.» Jawab ayah bayu smbil memegang pundak anknya.

Nia, ibu bayu, menghampiri keduanya.

«Gak kita tunda aja mas? Kita ubah ajjadi bareng-bareng nengok teman mas.»

«Jangan, kasihan bayu. Lagipula ini udah direncanain jauh jauh hari.»

«Tapi ayah janji nanti ayah nyusul kalian ke Garut usai nengok teman ayah ya».

Bayu agak terkejut dengan wajah tak yakin.

«Nanti gak bisa lagitahu tahunya»

«Tahu nih sih ayah nanti mendadak gakbisa lagi. Lagipula ayah pakai mobil siapa» timpal Nia seusai bayu menjawab.

Iya kali ini ayah janjiiii benerr. tapi gakhari ini juga ya. Tapi besok nyusulnya. Ayah nanti berangkat sm atasan ayah yg jg mau ke Garut.»

«Yahhhhhhhh. » jawab bersamaan bayu dan ibunya.

Namun Nia tetap meyakini bayu bahwa ayahnya tetap dating meski tidak berangkat secara bersamaan.

Tak lama ayah bayu menyuruh anak dan istri segera siap siap.

«Yasudah kalian siap-siap gih. Makin siang nanti makin kena macet»

Bayu dan ibunya tampak sudah selesai bersiap-siap. Ayah bayu tersenyum menatap penampilan Bayu yang mencerminkan cara berpakaian anak lelaki pada umumnya jika mau pergi. Iatak menyangka anaknya yang dulu masih bayi sekarang sudah beranjak menuju usia abg.

«Ganteng banget anak ayah» jawab ayahbayu sambil mengelus rambut anaknya.

Namun ia agak heran dengan penampilan istrinya. Nia menggunakan blus merah agak longgar dengan belahan dada terlihat. Bawahannya iamenggunakan jins ketat.

«Nia, kok pakaian kamu begini sih? Pakai blus blahan dadanya kelihatan. Longgar lagi. kamu nunduk, itu payudara kamu diintip orang nanti.»

Nia mencoba menenangkan suaminyasembari bercanda.

«Mas Haris gak usah khawatir. Lagipula aku sama bayu kan naik mobil. Kalo masalah yang ngintip nanti aku tinju masss»

«Eh, nia kmu tahu jalan kan? Aku jugakhawatir kamu nanti malah kesasar.» Ucap ayah bayu.

«Tenang mas kan ponselku ada GPS. Aku juga sedikit tahu kok jalur perjalanan ke Garut.» Nia mencobakembali menenangkn suaminya.

«Oke yasudah deh. Nanti kalo ada apa-apa hubungin aku yaa. Udah cepetan masuk mobil».

Bayu duduk di depan bersama ibu yangmenyetir. Mobil grand livina meluncur perlahan tak lupa nia membuka kacamobil sambil melambaikn tangan kesuaminya. Di sisi lain Bayu sedang asyik dengan ponselnya entah apa yang sedang disibukkannya.

«Bayu ayo dadah sm ayah. dadah»

Waktu demi waktu terus berjalan hingga siang tiba.

Nia sibuk mengemudikan mobil. Bayu sibuk dengan ponselnya. Masalah kemudian muncul.

«Ma. kok mama kayak orang bngung?» Tanya bayu dengan raut muka heran.

«Iya nih de. Mama bingung jalannyakemana. Ini gara-gara mama sok tahu. Mama gak ngandelin GPS juga. Gak adajaringan lagi»

Bayu jadi ikut bingung. Dia bingung ingin berbuat apa. Sedangkan raut wajah Nia, sang ibu, tanda kecemasan begitu terlihat. Dia menengok kiri kanan yang sekitar banyak pepohonan dan beberapa rumah pedesaan.

Tak lama kemudian mbil berhenti.

«Ma, ma, kok mobilnya berhenti?» Tnya bayu.

Dengan nada melemah nia menajawab,» bahan bakarnya habis de karena terlalu yakin mama jadi kelupaan isi bahan bakar»

«Ma terus bagaimana?» Bayu sedikit panik.

Nia mengajak bayu keluar dari mobil sambil berusaha mencari bantuan.

«De, kita keluar dulu yuk. Kita cari bantuan. Siapa tahu ada yang bisa bantuin kita»

Dari kejauhan nia dan bayu yang kebingungan seketika keluar dari mobil diamati seorang bapak berusia 47 tahun. Namanya pak bejo. Kulit yang coklat kehitaman ditambah kumis dan perut yang agak tambun menjadi ciri khasnya.Ia merupakan penduduk sekitar yang bekerja sebagai buruh tani. Istrinya bekerja sebagai tenaga kerja di Malaysia. Sedangkan sang anak bekerja di Bandung. Penampilan pak bejo begtu adanya. Ia lebih sering telanjang dada dengan celana pendek. Itu terkait dengan pekerjaannya sebagai buruh tani.

Tak lama kemudian pak bejo mencobamenghampiri ibu dan anak yang sedang kebingungan itu.

«Maaf yaa bu, kayaknya lagi bingung adayang bisa saya bantu?» Tanya pak bejo.

«Ini pak, saya sama anak saya lagikebingungan. Tadinya mau ke garut. Eh,malah kesasar ksini. Malah bahan bakar habis lagi» jawab nia

Pak bejo rasanya tak mendengar apayang dikatakan nia. Ia malah sibuk memandang tubuh nia yang sintal. Terlebih belahan dada nia terlihat. Hatinya bergumam,

«Weleh weleh yang begini nih bikin si otong gak tahann.»

Pandangan pak bejo membuat nia sedikit risau. Dia merasa pak bejo ingin menerkamnya.

«Yasudah bu, ke rumah saya aja dulu. Mobilnya di sini aja. Lagipula rumah saya deket. Tuh rumah saya. » jawab pak bejo sambil menunjuk ke arah rumahnya

«Yasudah pak kita ke rumah bapak dulu aja»
«Yuk de kita ke rumah bapak ini dulu supaya kita dapat bantuan». Jawab nia sambil menenangkan anaknya yang tampak kebingungan.

«Ma tetap jadi kan ke Garut?» Jawab bayu yg terpintas masih bingung.

Sedangkan, sambil brjalan mengantarkan ibu dan anak itu, di wajah pak bejo terlintas sebuah senyuman. Entah apa arti senyuman itu.

Cerita Cewek Eksibisionis

Kumpulan Cerita Cewek Eksibisionis

Alya: Petualangan Kakakku 10

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

Semenjak kejadian terakhir beberapa minggu yang lalu kak Alya sepertinya agak kapok untuk keluar-keluar bugil lagi, sepertinya sih. Semoga kak Alya memang tidak eksib lagi sendirian di luar sana tanpa sepengetahuanku.

Tapi tetap saja kebiasaan kakakku yang suka menjahiliku tidak pernah hilang. Seperti mengembalikan kegiatan normal harianku, yaitu memeluk kakakku seharian yang selalu diakhiri dengan menodai tubuh seksinya dengan pejuku. Tapi setelah beberapa kejadian yang kulalui sampai saat ini, fantasiku pada kakakku kini semakin nakal. Awalnya aku memang tak terima mengetahui kakakku diperlakukan tak senonoh oleh orang asing yang baru saja kami kenal, bagaimanapun ia adalah kakakku, dan aku sangat menyayanginya meskipun aku terobsesi pada kakakku sendiri.

Obesesiku pada kak Alya kini semakin liar saja. Baik dengan pakaian sopan maupun pakaian minim, tetap saja pikiran kotorku selalu membayangkan yang tidak-tidak tentang kakakku. Apalagi selama ini aku belum pernah benar-benar melihat secara langsung apakah kakak benar-benar dicabuli dan berbuat yang tidak-tidak dengan mereka-mereka yang pernah bersama dengan kakakku.

Entah itu disengaja atau tidak, Kak Alya jadi sering sekali berpakaian minim dan sembarangan kalau di rumah. Bahkan menerima tamu juga dengan pakaian yang sembarangan, hanya pada teman-temannya dan orang-orang komplek saja dia mau muncul dengan pakaian yang sopan dan berjilbab. Tapi kalau hanya ada aku, atau di depan teman-temanku, ataupun saat menerima tamu asing seperti peminta sumbangan atau pengantar makanan, kak Alya selalu berpakaian minim dan mengumbar auratnya yang indah itu.

Setiap dia menerima tamu asing pasti aku selalu dibikin deg-degan dan panas dingin. Tidak hanya aku tentunya, tetapi juga tamu itu sendiri. Siapa sih yang tidak dibikin berdebar jantungnya dan mupeng berat saat melihat penampilan kakakku yang seksi itu? Dari peminta sumbangan, pengantar makanan, sampai tukang nasi goreng pernah melihat betapa seksinya kakakku ini. Bahkan menurut penuturan kakakku beberapa diantara mereka ada yang sempat mencicipi kenikmatan tubuh kakakku.

Walau tak terima, namun tak ku pungkiri kalau aku sendiri jadi ngaceng setiap mendengar ceritanya itu, karena aku memang sering dari dulu berfantasi membayangkan kak Alya yang cantik dan sopan di mata masyarakat itu mau dinodai oleh orang-orang seperti mereka. Belakangan ini aku sendiri jadi suka membayangkan kakakku ketika bersama tukang ayam bakar, bapak-bapak yang pernah disenggol mobilnya yang entah sopir atau bukan, lalu tukang nasi goreng. Dan bayangan-bayangan itu selalu membuatku terangsang dan selalu merasa tak puas apabila hanya membayangkannya saja. Apakah aku memang ingin kakakku mengalami hal itu kembali?

Saat ini aku sedang asik-asiknya nonton tv, dan kakakku sedang ada di kamarnya yang entah sedang apa.

“Deek. nanti kasih tau kakak yah kalau ada temen kakak yang datang, dia mau ambil kardus pakaian bekas layak pakai buat disumbangin ke panti asuhan” pinta kak Alya padaku dari kamarnya. Aku jadi ingat beberapa hari yang lalu kak Alya memintaku untuk mengumpulkan pakaian bekas layak pakai dariku. Kak Alya memang rajin mengikuti kegiatan bakti sosial bersama teman-teman kampusnya, seperti ke yayasan-yayasan panti asuhan untuk membantu memberi sumbangan kepada anak-anak yang terlantar dan butuh bantuan. Bahkan terlalu sering sampai aku sendiri kadang mendapati kakakku masih sibuk di luar saat aku pulang.

Tidak lama kemudian terdengar suara motor yang dilanjutkan dengan ada orang yang mengetuk pintu rumah sambil mengucapkan salam. Apa itu teman kak Alya? Tapi dari suaranya sepertinya bukan. Suara pria tua!

“Kak, kayak ada yang datang tuh. ” ujarku memberi tahu kak Alya.
“Teman kakak yah dek?” kak Alya bertanya sambil melongokkan kepalanya keluar dari celah pintu kamarnya. Melihat rambut indahnya yang terjuntai indah itu sepertinya kak Alya baru akan memakai jilbabnya.

“Kayaknya bukan kak. dari suaranya seperti orang tua kak, mana langsung masuk pagar dan ketok pintu rumah lagi”

“Orang tua? Apa mungkin dari dari yayasan yah?”
“Aku atau kakak nih yang bukain pintu? Kakak aja yah..” tanyaku saat kak Alya masuk lagi kedalam kamarnya. Sepertinya mau bersiap-siap menerima tamu.

“Iya deh… kakak aja yang buka” jawab kak Alya dari dalam kamarnya.

Aku memang selalu berfantasi nakal pada kakakku yang cantik ini, jadi aku selalu membiarkan kak Alya saja yang menerima tamu asing, namun diam-diam aku tetap selalu menjaga kakakku dari orang yang suka berbuat iseng pada kakakku.

Ketika kak Alya keluar dari kamar aku setengah terperanjat melihat busana yang dikenakan oleh kakakku.

Kali ini kak Alya menerima tamu yang entah siapa hanya dengan memakai kemeja. Kemeja putih lengan panjang, yang memang cukup dalam sampai menutupi pantatnya, namun paha putih mulusnya tetap terpampang bebas untuk dipandangi dengan leluasa. Tapi sepertinya kak Alya tidak mengenakan apa-apa lagi di balik itu. Dan benar saja! Cuma kemeja putih itu saja yang ia kenakan! Kemeja yang bahkan hampir transparant! Aku yang gak tahan melihat pemandangan menggoda itu otongku langsung menegang keras, jadi pengen onani saat itu juga.

Aku akhirnya hanya mengintip dari kejauhan sambil membayangkan hal yang tidak-tidak pada kak Alya.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Eehh… non Alya?” ujar bapak peminta sumbangan itu terlihat sumringah saat kak Alya membukakan pintu. Aku seperti ingat sebelumnya siapa peminta sumbangan itu..

“Eh, Pak Amin, apa kabar?” sambil menjabat tangannya kak Alya tersenyum sangat manis. Ternyata lelaki itu adalah Pak Amin! Orang yang dulu pernah minta sumbangan ke rumah. Mau apa lagi dia ke sini!?

“Silahkan masuk dulu Pak… duduk dulu” ajak kak Alya ramah kemudian. Lagi-lagi dia mengajak orang yang tidak jelas masuk ke dalam rumah. Ampun deh kakakku ini.

Aku lihat Pak Amin terus menatap tubuh kak Alya dengan leluasa, tidak seperti dulu yang hanya dibatasi pagar rumahku. Tentunya dengan pandangan mupeng penuh nafsu. Ku yakin Kak Alya sadar kalau dia sedang dipandangi cabul oleh pria tua lusuh itu, tapi dia malah berlagak cuek. Posisi duduk kak Alya agak miring sehingga paha mulusnyalah yang terpampang bebas di hadapan pak Amin.

“Makasih ya non sebelumnya untuk niat non mau bantuin pondok panti asuhan di tempat saya, hehe..” sambil cengengesan matanya kulihat tak berhenti jelalatan melihat kakakku.

“Sama-sama Pak, biasa aja kok”
Ternyata pak Amin ini adalah salah satu pengurus pondokan panti yang dikunjungi kak Alya beserta teman-temannya waktu itu dalam sebuah acara amal kampus!

“Tapiii.. kok non Alya gak pake jilbab? Terus pakaiannya ini…” kata Pak Amin sambil menelan ludah. Aku rasa pak Amin mulai sadar kalau kak Alya tidak memakai apapun lagi di balik kemeja itu. Aku yang melihat dari jauh saja bisa langsung tahu kalau kak Alya tidak memakai apapun lagi dibaliknya, apalagi oleh Pak Amin yang tepat duduk di depannya.

“Begini gimana sih Pak?” tanya kak Alya pura-pura tidak mengerti.

“Itu… bajunya… terbuka gitu… auratnya nampak lho…”

“Hmm… kan di rumah aja pak… lagian cuacanya panas banget” jawab kak Alya santai.

“Ohhh… gitu, iya juga yah non. gerah nih, hehe..” ujar pak Amin magut-magut namun matanya tetap terus memandangi tubuh kakakku ini, terutama pahanya. Aku yang melihat pemandangan ini jadi semakin panas dingin. Kakakku yang cantik bening putih mulus dengan pakaian minim sedang bersama pria tua lusuh. Sungguh kombinasi pemandangan yang bikin darah berdesir. Aku jadi berpikir jorok seandainya pria tua itu kini yang ngentotin kak Alya. Menggenjotnya dengan liar sampai menumpahkan pejunya di dalam memek kak Alya.

“Emang kenapa pak dengan pakaian saya?” tanya kak Alya menyadarkan lamunan mesum pak Amin juga lamunan mesumku.

“Eh, nggak… cuma kan waktu itu non ke tempat kami pake jilbab, baju non Alya waktu itu sopan banget” jawab pak Amin seperti sengaja mengarahkan kak Alya. Ya, waktu itu tentu saja kak Alya berpakaian sopan lengkap dengan jilbabnya, berbanding terbalik dengan saat ini yang hanya memakai kemeja putih tipis, setelan yang sangat memamerkan aurat.

Aku hanya bisa membayangkan apa isi kepala orang ini setiap kali bertemu dengan kakakku. Apakah acara yang bersifat amal untuk ibadah itu mampu membersihkan isi kepala yang sudah kotor semenjak bertemu kak Alya dari balik pagar itu? Rasanya tak mungkin, apalagi melihat posisi duduknya sekarang yang sudah seperti orang tak nyaman lagi, entah apa yang mengganjal di bawah sana.

“Hihihi… Tapi tetap cantik kan pak?” tanya kak Alya malah menggoda bapak itu.

“Cantik dong… malah lebih cantik begini, hehehe”
“Huuu… Pak Amin ini bisa aja”

“Emang di rumah gak ada orang ya non?” tanya pak Amin.

“Ada kok, ada adeknya Alya di rumah”
“Terus emang adeknya non gak risih lihat kakaknya pakai baju seperti ini? Adeknya non cowok bukan?”

“Iya… adek saya cowok Pak… masak risih segala? Kan kakak sendiri, hihihi… kalau gak percaya tanya aja sendiri“ jawab kak Alya sambil tertawa renyah, kemudian tiba-tiba kak Alya memanggilku. “Deeeek, sini deeh..” teriak kak Alya. Duh, kak Alya ini ngapain sih manggil aku segala!? Aku yang bingung kenapa dipanggil akhirnya keluar juga menemui mereka. Aku lalu bersalaman dengan pak Amin dan duduk bersama mereka di sana.

“Itu… Emm… Kamu beneran gak masalah lihat kakakmu pake baju kayak gini?” tanya Pak Amin benar-benar menanyakan hal itu padaku.

“Ng…nggak sih Pak…”
“Emang kamu gak nafsu? Hayo, jawabnya yang jujur…” tanya Pak Amin lagi seperti mengintrogasiku. Dia sepertinya penasaran apakah aku punya nafsu atau tidak terhadap kakak kandungku sendiri.

“Nafsu sih… hehehe” jawabku apa adanya mengingat dia orang asing yang bukan dari daerah sini sehingga aku tidak peduli, karena aku memang benar-benar sedang bernafsu melihat kakakku sendiri. Mendengar jawabanku kak Alya langsung mencubit gemas perutku.

“Dasar kamu ini… jangan bilang kalau burungmu ngaceng sekarang!?” ucap kak Alya dengan wajah pura-pura kesal.

“Emang ngaceng kok kak…” kataku makin berani yang dibalas lagi dengan cubitannya. Bahkan seperti tak bisa kutahan lagi, aku kembali nyerocos..

“Kakak sih pake baju begitu… mana tahan coba, aku kan cowok tulen juga. Kak Alya udah cantik kayak bidadari, imut, bening, terus pakai baju kayak gitu. Siapa yang gak nafsu coba? Iya kan pak?” kataku sengaja menanyakan pendapat pak Amin.

“Eh, I..iya… tuh kan Non Alya, adek non Alya ternyata nafsu lho sama non, hehe” ujar Pak Amin.

“Tau nih pak, saya juga baru tahu, hihihi… beneran dek? Berarti kamu sering dong ngayal yang jorok-jorok tentang kakak?” tanya kak Alya padaku.

“Se-sering kak…” jawabku agak malu. Aku tidak menyangka kak Alya akan bertanya seperti itu di depan orang lain, namun ku jawab saja.

“Kamu ini… emang ngayal apa aja?” tanya kak Alya lagi seolah mengarahkanku, tapi seperti kesempatan buatku inilah saatnya aku mengungkapkan lagi keinginan terdalamku, yang bedanya kali ini di depan orang asing.

“Ummm… ngayal bisa ngentot dengan kakak…”
“Hah? Adeeek.. kita itu saudara kandung tahu… masak kakak dientotin sama adek sendiri sih? Hihihi, mesum! Terus apa lagi dek? Itu aja?” tanya kak Alya yang sepertinya juga sangat tertarik dengan semua khayalan jorokku padanya. Dia sepertinya tidak malu lagi bertanya seperti itu padaku di depan tamu itu. Entah apa yang membuatnya begitu.

“Masih ada lagi kak…”
“Apa tuh dek? Keluarin aja semua khayalanmu tentang kakak, kakak pengen dengar loh… Kamu pengen kakak dibobo’in sama siapa aja yah?” Duuuhh… mendengar perkataannya itu sungguh membuat aku jadi panas dingin.

Kenakalan dan kenekatan kakak sepertinya muncul lagi. Sungguh pertanyaan yang tidak pantas dari seorang kakak pada adeknya. Tapi dengan kondisi pikiranku yang sudah kotor dari kemarin-kemarin akhirnya ku utarakan juga semua fantasi liarku padanya.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Aku juga sering ngebayangin kakak waktu sama tukang ayam bakar, bapak-bapak yang bawa kak Alya sampai malam, juga tukang nasi goreng waktu itu..” jawabku dengan suara pelan mengungkapkan semuanya.

“Ya ampun dek…. Masih penasaran yah adek? Hihihi. Berarti barusan ini kamu ngayalin kakak digituin Pak Amin juga dong?” tanya kak Alya menebak sambil melirik ke arah pak Amin. Terang saja pak Amin jadi salah tingkah dan menelan ludah.

“I-iya kak…” jawabku malu karena isi pikiranku ketahuan olehnya.

“Emang kalau kejadian kamu mau ngelihatnya dek?” tanya kak Alya dengan lirikan nakal yang membuat aku berdebar mendengarnya.

“Iya, kalau kakak akhirnya beneran di-en-tot-tin Pak Amin, kamu pengen lihat?” tanya kak Alya dengan nada suara lirih menggoda, bikin penisku makin ngaceng saja dibuatnya. Ku lihat Pak Amin juga terkejut dan terdiam saja mendengar ucapan kakakku barusan.

“Ga-gak tahu deh kak…” Aku memang tidak tahu apa yang akan ku lakukan jika hal itu akhirnya betul-betul terjadi. Di satu sisi tentunya aku tidak rela, dia kakak kandungku sendiri, masa dentotin orang lain seenaknya di hadapanku. Namun di sisi lain itu merupakan imajinasi liarku terhadap kak Alya dan aku sungguh penasaran ingin melihatnya.

“Ngomong-ngomong, Non Alya kapan main main ke panti lagi… anak-anak pada kangen lho… hehe” tanya Pak Amin mencoba mendinginkan suasana.

“Alya juga kangen Pak… Apalagi sama Romi, Dodi, Budi dan Gito, hihihi” ujar kak Alya. Kok nama-nama yang disebut kak Alya cowok semua sih?

“Iya… Non Alya sih cantik banget, baik lagi. Terang saja mereka kangen…”
“Hmm… libur semester ini deh ya.. Kan kalau gak sibukan Alyanya bisa leluasa waktunya…” tawar kak Alya.

“Waaaah… silahkan banget non, anak-anak pasti senang banget non Alya datang lagi. Nginap aja sekalian non…”

“Nginap? Ngg…. Boleh deh…”
“Wah, gak sabar saya, eh… maksudnya anak-anak, hehe”

“Gak sabar kenapa Pak?”
“Eh, nggak non…hehe” Pak Amin hanya cengengesan mesum.

“Oh iya Pak, bentar yah… Alya mau siapin uang dan pakaian yang buat disumbangin…”
“Ooh, silakan non… kirain yang di depan mata yang mau disumbangin, hehe..”

“Iiihh, adeeek. Pak Amin mulai deh. Hihihi. bentar yah. ”kata kak Alya bangkit dengan sedikit hati-hai agar vaginanya tidak terbuka dan terlihat oleh kami berdua, gayanya itu bikin aku gemas. Tapi tunggu, dia sepertinya lebih berusaha menutupi vaginanya dari pandanganku daripada menutupi vaginanya dari pandangan Pak Amin. Ku lihat tadi pak Amin meneguk ludah saat melihat ke arah selangkangan kak Alya. Kakakku sendiri sepertinya tidak ambil pusing dengan pandangan pria tua itu. Seperti sudah niat banget bikin pria itu pusing atas bawah.

Kak alya lalu menuju ke dalam kamarnya untuk mengambil duit. Dia kembali tidak lama kemudian dengan membawa amplop yang sepertinya berisi uang.

“Dek, kakak minta tolong donk beliin cemilan dan minuman, masa tamu gak dikasih apa-apa” suruh ak Alya sambil menyerahkan uang itu padaku.

“Lha, kok aku sih kak?”
“Terus? Masak kakak sih yang pergi pake baju kayak gini? Buruan gih sana…” suruhnya lagi. Akupun terpaksa menuruti. Dengan buru-buru aku segera ke mini market. Aku tidak ingin membiakan kakakku yang cantik sendirian bersama pria itu di rumah. Tapi sial banget mini market ini sedang rame-ramenya. Mungkin ada sekitar 15 menit sejak aku pergi tadi sampai balik ke rumah lagi. Tapi untungnya aku tak bertemu dengan penjaga kasir malam itu, di mana untuk pertama kalinya aku dan kak Alya mengutil kaos demi menyelamatkannya dari kumpulan orang-orang bermotor. Tapi tetap saja akhirnya jatuh ke pelukan tukang nasi goreng, huh!

Aku terkejut saat aku pulang tidak menemukan kak Alya dan pak Amin di ruang tamu. Aku panik, dan dadaku berdebar kencang. Kemana mereka? Melihat kardus pakaian yang akan disumbangkan masih tergeletak di lantai berarti Pak Amin masih ada di dalam rumah ini. Nafasku semakin tercekat saat melihat kemeja putih yang dikenakan kak Alya tadi tergeletak sembarangan di lantai. Apa kak Alya tidak memakai apa-apa sekarang? Apa dia telanjang? Sejak kapan dia membuka kemejanya itu? Tapi masalahnya dia ada dimana sekarang? Akupun langsung mencari ke dalam rumah.

“Kaaaaak? Dimana sih?” teriakku memanggilnya.

“Di sini dek, di dalam kamar mandi..”
“Kak.. kardusnya masih di ruang tengah, Pak Aminnya dimana?”

“Ummm. ini kakak lagi sama Pak Amin di dalam, dek….” Sahut kak Alya yang bagai halilintar di kupingku. Badanku langsung lemas mendengarnya, tapi tak lama penisku malah langsung ngaceng maksimal. Benarkah Pak Amin bersama kak Alya di dalam sana?

“Kaak!”
“. ” tak ada jawaban di dalam sana. Apa yang terjadi di dalam? Apakah akhirnya aku akan melihat semua ini? di depan mataku sendiri bahwa kakakku benar-benar dientotin orang-orang asing seperti yang aku bayangkan selama ini?

“Ngapain sih kak di dalam kamar mandi berdua?” tanyaku dari balik pintu kamar mandi. Perasaanku sungguh campur aduk saat itu, antara bingung, cemas, sakit hati, dan horni. Kakak kandungku yang cantik bening sedang berduaan dengan pria tua lusuh di dalam kamar mandi!

“Gak tahu nih Pak Amin…. Waktu kamu pergi tadi, dia langsung nyerang kakak. Nakal banget ngga sih dek? Kamu marahin gih…” jawab kak Alya seakan tidak bersalah, padahal tingkah lakunya itu yang membuat pria manapun akan khilaf untuk menikmati tubuh binalnya. Ternyata walaupun kakakku ini selalu memakai jilbab kalau keluar rumah, tapi kelakukannya seperti lonte. Bahkan lonte saja dibayar. Ugh, aku sebagai adeknya sendiri dibikin mupeng berat karena ulahnya ini. Kak Alya binaaaaal!

“Dek Aldi…. Kakakmu yang nakal banget ini udah bikin bapak nafsu. Jadi boleh kan bapak hukum?” tanya Pak Amin padaku.

“Eh, I-itu…” aku tidak tahu menjawab apa. Sebagai seorang adek tentunya aku harus melindungi kakak perempuanku, tapi untuk kali ini nafsuku mengalahkan logika. Aku membiarkan kakakku diberi pelajaran karena perbuatan nakalnya itu.

“Terserah bapak” jawabku pasrah.

“Adeeeeeeekkk…. Kamu jahat…. Huuuu… huuu…” ucap kak Alya merengek, tapi selanjutnya malah terdengar suara kak Alya menjerit manja “Kyaaaaaaaaaa……. Paaaaaak, ampuuuun, hihihi. ” diiringi suara benturan pintu pada kamar mandi. Seperti suara seseorang didorong sampai menubruk dan tetap bersandar pada pintu itu. Aku hanya bisa membayangkan Pak Amin yang mendorong kak Alya sampai menempel ke pintu kamar mandi, lalu dari suara pintu yang terdorong berkali-kali sepertinya bandot tua itu menggenjot kakakku dengan liar. Tepat di balik pintu itu ada aku, adeknya yang hanya bisa membayangkan persetubuhan mereka di dalam sana.

“Kak….” Panggilku sedikit cemas, karena tampaknya kakakku betul-betul digenjot dengan liarnya oleh Pak Amin. Hentakan pintu kamar mandi kami sampai berdebam kencang.

Terdengar suara kak Alya “Deeekkkk… kakakmu sedang dientotin dek…. Ssshhh…. Kakak kandungmu… dientotin sama peminta sumbangan… sssshhh….” Mendengar omongannya itu aku kini malah mengocok penisku, aku hanya bisa mengocok penisku sambil membayangkan apa yang sedang terjadi di balik pintu ini. Aku tidak menyangka kalau kak Alya memang nakal seperti ini. Berarti cerita-cerita kak Alya selama ini benar adanya. Hatiku semakin sakit, tapi kenapa aku juga semakin horni dibuatnya!? Sialan.

“Ughhh… Kak Alya nakal…” erangku. Namun akhirnya aku memilih untuk menikmatinya saja, toh ini memang fantasiku dari dulu, meskipun aku masih tidak menyangka kalau ini benar-benar terjadi.

“Iyaaahhh…. Kakakmu ini nakal dek… Aaaahhh…. Kamu suka dek? Kamu lagi onani ya sekarang?” tanya kak Alya menebak dengan suara manja terengah-engah.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Iya kak, aku lagi onani… kak… aku pengen lihat boleh?”
“Ngghh… lihat apa dek?”
“Lihat kak Alya dientotin sama Pak Amin”

“Jangan dek… gak boleh… masak kamu lihat kakak sendiri ngentot sih? Kamu onani sambil bayangin kakak aja yah… nggghhhh… Pak… pelan-pelan… sshhh”

“Ughh…. Kak… aku pengen lihat nih…”
“Gak boleh… ngghh… Pak Amiiiinn…. genjot Alya yang kencang pak… biar adeknya Alya makin enak ngebayanginnya…” suruh kak Alya pada pak Amin.

“Eeegghh.. Iya non Alya…. Bapak hantam yang kuat yah, nih!” kata pak Amin. “Plak plak plak!” terdengar suara peraduan kulit yang semakin keras.

“Ahhh… kakak jahat! Dasar kakak perempuan nakal!” racauku sambil mempercepat kocokanku.

“Iya…. Kakakmu perempuan nakal dek…. Kamu bayangin yah dek… kakakmu yang keseharian berpakaian sopan. dan berjilbab. lagi dientotin sekarang. sama pria tua gak jelas… Deeeekkk… bayangin dek… bayangin… enggggghhh” erang kak Alya.

Aku sungguh tidak kuat mendengar omongan kakakku. Persetubuhan mereka juga sungguh sangat heboh. Belum pernah aku merasakan seperti ini sebelumnya. Tanganku juga semakin cepat mengocok penisku. Sepertinya sebentar lagi aku akan muncrat.

“Kak Alya…. Aku pengen muncrat nih…” teriakku.

“Bapak juga dek Aldi…” malah pak Amin yang menyahut.

“Ya sudah berengan aja yah kalian muncratnya… Pak Amin keluarin di vagina Alya, tapi adek keluarin di pintu aja yah dek… gak apa kan dek?” ujar kak Alya yang tentu saja aku tidak terima.

“Yah… kak, aku juga pengen muncrat di dalam memek kakak…” rengekku.
“Hihihi… Jangan dong dek… ntar kakak bisa hamil anak kamu. Masa kakak dihamili adek sendiri? Gak boleh ya adekku sayang…” tolak kak Alya. Jadi dia lebih memilih sperma pak Amin untuk memasuki rahimnya? Pria tua yang tidak jelas itu?

“Agghhh…. Kak Alya nakal… kak Alya lontee!” teriakku yang hanya disambut desahan kak Alya.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka sedikit, kak Alya mengeluarkan kepalanya. Tubuh telanjangnya masih tertutup pintu, begitu juga tubuh pak Amin yang sepertinya masih menggenjot tubuh kakakku dengan kasarnya, terlihat dari guncangan-guncangan tubuh kakak.

“Gini aja yah dek? Cukup kan?” ujar kak Alya. Ahhhhh… Kak Alya rese, aku cuma kebagian ngelihat wajahnya saja sedangkan pria tua itu dapat dengan nikmatnya dapat melihat seluruh tubuh bugil kak Alya, bahkan menghujam vagina kakak kandungku yang cantik ini.

Tubuh kak Alya terhentak-hentak dengan hebatnya, tapi dia masih saja berusaha tersenyum padaku, bikin aku tambah horni dan semakin tidak tahan saja. Tampak wajah kakakku memerah dan mandi keringat. Di mulut, pipi, bahkan mungkin seluruh wajah kak Alya juga ada banyak cairan bening yang sepertinya adalah liur pak Amin yang menambah kilapan cantik pada wajah kak Alya.

“Ngghhh… kak… Aku keluar!“
“Iya deeek… keluarin aja…”
“Bapak juga pengen muncrat non Alya… terima nih peju. bapak bikin hamil lo!” erang pak Amin, kak Alya juga mengerang manja. Dan…

“Croooooooootttttt” tumpahlah pejuku di hadapan kak Alya.

Dibalik sana, pak Amin juga sepertinya sedang memindahkan benihnya ke rahim kakakku. Terlihat dari tubuh kakak yang sedikit terdorong kedepan seolah ingin menghujamkan sampai mentok ke mulut rahim kakakku. Aku tidak dapat membayangkan kalau akhirnya nanti kak Alya bakal hamil, hamil anaknya pria tua lusuh ini.

Aku yang terengah-engah kecapean akhirnya mundur dan duduk di kursi di belakangku.

“Udah kan dek…? Enak?” tanya kak Alya dengan senyum manis padaku.
“I-iya kak, enak…” Sial! Kenapa aku menikmati ini semua!?

Tiba-tiba pak Amin melongokkan kepalanya dan mencium bibir kak Alya, lalu berkata padaku, “Enak ya dek Aldi? Bapak juga enak… nih kontol bapak masih nancap di memeknya kakak kamu… kayaknya bakal bisa satu ronde lagi deh… boleh kan dek Aldi kalau bapak entotin kakakmu sekali lagi?”

“Boleh nggak dek? Kakakmu mau dientotin sekali lagi nih…. Tapi kamu udahan kan yah? Jadi pintunya kakak tutup lagi yah dek… hihihi” aku hanya diam tidak berkata. Tenagaku sudah habis. Sungguh kakakku ini nakal banget.

Pintupun tertutup rapat dan mereka melanjutkan ngentot-ngentotan lagi di dalam kamar mandi. Bahkan lebih heboh dari yang sebelumnya. Suara kak Alya yang mengerang-ngerang dan menjerit manja akan kenikmatan sungguh terdengar sangat erotis.

Setengah jam kemudian, akhirnya kak Alya dan Pak Amin keluar dari kamar mandi. Kak Alya terlihat sangat segar. Rambut basahnya tergerai dengan indahnya. Dia keluar dengan menutup tubuh basahnya dengan handuk, seakan masih saja menggodaku dengan sengaja membatasi pandanganku pada tubuhnya walau sehari-hari aku cukup sering melihatnya bertelanjang di rumah. Padahal di kamar mandi dengan pria tua yang entah siapa, dia mau saja bertelanjang bulat membuka semua auratnya, sampai entot-entotan pula. Bikin kesal aja nih kak Alya, tapi juga bikin aku horni berat.

“Kak, buka dong handuknya… masak sama adek sendiri tega…” kataku memelas ingin juga melihat kakakku ini polos di hadapanku.

“Hmm? Kamu pengen lihat kakak bugil dek?”
“Iya kak…. pengen banget” kataku lagi, dia hanya senyum-senyum manis padaku.

“Ntar aja ya dek… Pak Amin, bantu Alya pilih baju dong ke kamar…” ajak kak Alya pada Pak Amin. Sialan banget, malah ngajak Pak Amin, enak bener tua bangka sialan itu. Aku ingin memprotes, tapi mereka sudah keburu masuk ke dalam kamar kak Alya, lalu menutup pintu. Hanya terdengar suara cekikikan kak Alya setelahnya. Sepertinya tubuh kakakku sedang digerepe-gerepe oleh Pak Amin dengan leluasa dan sebebas-bebasnya di dalam sana. Atau mereka sedang ngentot lagi? Ugh… Kak Alya…

Ternyata setelah beberapa menit akhirnya kak Alya keluar bersama pria tua itu. Kak Alya memakai setelan yang baru dibelinya 3 hari lalu dan baru pertama kali ini dipakai. Kemeja pink lengan panjang, rok panjang, lengkap dengan jilbab putihnya. Kak Alya terlihat begitu cantik dan seks meski pakaiannya terbilang sopan dan tertutup. Sungguh berbeda dengan penampilannya sebelum mandi yang sangat terbuka dan mengumbar aurat. Kak Alya sekarang juga memakai harum-haruman yang membuat pria-pria semakin klepek-klepek padanya. Tapi melihat penampilan seperti ini apakah kakak mau keluar?

“Mau keluar yah kak?” tanyaku agak lemas

“Ummm. menurut adek?” jawab kak Alya cuek sambil berkaca di depan cermin, memastikan kalau penampilannya sudah cantik. Kakak itu sudah cantik banget kok kak… gak perlu bercermin segala orang-orang udah tahu, ucap batinku agak sedih. Sudah ditinggal ngentot, kini akan ditinggal pergi.

“Ya udah ati-ati aja di jalan. ” jawabku seakan juga tak peduli padanya walau aku ingin rasanya menemaninya terus setiap waktu.

“Hihihi. adek tuh yaaa, digodain aja udah menyun kayak gitu. emang gak boleh kakaknya tampil cantik buat adeknya di rumah?” jawab kak Alya sambil tersenyum imut mengerling padaku.

“Uuuhh, kakaak. ” jawabku pura-pura merajuk, padahal mendengarnya saja membuat badan ini menjadi terasa hangat. Ternyata kakak tidak akan pergi kemana-mana. Kak Alya bagaimanapun juga tak pernah melupakanku sama sekali. Aku makin sayang padanya, walau aku masih sedikit kesal karena mau-mauan aja digagahi orang macam Pak Amin.

Selesai Pak Amin mengangkut kardus berisi pakaian bekas itu ia mohon pamit pada kami berdua.

“Yuk mari non, dek Aldi. bapak pamit dulu yak..”
“Iya Pak Amin, hati-hati di jalan yah. ”

“Jangan lupa yah non janjinya, hehehe. ditungguin lho sama anak-anak di sana..”
“Iya, nanti Alya sempetin deh”

“Kasihan anak-anak di sana, katanya udah pada ngebet pengen ketemu non. pada udah gak tahan, hehehe. ” sambil bawa kardus itu ia cengengesan, entah apa yang dia maksudkan, tapi pasti hal mesum.

“Denger gak tuh dek? Emang pada ngebet ngapain sih Pak Amin, hihihi. ”
“Ngebet mau disumbangin lagi sama non Alya, hahaha!” tawanya yang lepas memperlihatkan gigi-giginya yang menguning dan penuh plak hitam. Tak terbayang seperti apa bau mulutnya. Entah bagaimana kak Alya bisa tahan dicium orang seperti itu.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Ya udah bapak hati-hati di jalan ya, kakak saya mau istirahat dulu deh kayaknya..” potongku sambil menutup pagar dan meninggalkannya masuk kedalam rumah.

Sepeninggalnya orang bejat itu dari rumahku aku melihat kak Alya sedang duduk melihat tv di ruang tengah. Melihat kakakku mengenakan pakaian tertutup itu malah semakin menambah kecantikannya dan membangkitkan birahi dalam diriku. Apalagi kini hanya tinggal aku berdua dengan kakakku di rumah. Belum apa-apa penisku sudah memberontak hebat.

“Adeeek. ngapain sih liat-liat kakak kayak gitu?”
“Kakak cantik siih..”

“Hihihi, gombal iih adek nih. terus apalagi?”
“Kak Alya juga seksi. ”

“Ooh, gituu? Kalo seksi memang kenapa dek?”
“Anu kak.. rasanya adek pengennn. ” belum selesai aku mengucapkan lanjutannya tiba-tiba hape di kantongku berbunyi. Seperti mengganggu di waktu yang tepat aku buru-buru membuka supaya aku bisa kembali keurusan yang telah kunanti-nantikan ini, yaitu berduaan dengan kakakku. Berharap bisa mendapatkan perentotan yang kuinginkan sejak lama.

‘Bro. kapan nih kita bisa main PS lagi kerumah lo bro
Ajak kakak lo sekalian maen biar rame yak, hehe..’ bunyi pesan itu.

“Siapa dek?”
“Eehh.. bukan siapa-siapa kakakku yang cantik, heheh..” jawabku tak nyaman karena gangguan ini yang sekejap bisa membuat otongku lemas.

“Ooh.. ya udah deh, kakak tidur dulu yah..”
“Loh! Kok tidur kak? Aku kan masi kentang kaak?”

“Sini, biar kakak rebus kalo kamu kentang, hihihi. ”
“Uuuhh, kakak.. aku beneran kentang juga, malah dibecandain..”

“Makanyaaa, sini adek kakak rebus biar kepanasan, gak mau kakak bikin panas? Hihihi..”
“Hah? Eh, mau deh kak, mau ampe adek kepanasan, mau kaak!” jeritku menyerbu kearah kakakku.

Cerita Cewek Eksibisionis

Kumpulan Cerita Cewek Eksibisionis

Alya: Petualangan Kakakku 5

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

Aku kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan PR ku yang hampir selesai. Ternyata tak terasa waktu sudah sore dan hampir gelap. Menyelesaikan PR ini sungguh terasa lama. Bagaimana tidak kalau pikiran melayang kemana-mana mengkhayal tentang kakakku. Yang entah kenapa tiba-tiba aku membayangkan kak Alyaku yang sehari-hari menggunakan jilbab, bersikap sopan, manis, dan cantik, diam-diam suka memamerkan tubuh indahnya pada orang-orang yang tidak dikenalnya. Semakin jauh aku berfantasi tentang kakakku, semakin berontak otong di dalam celanaku.

Aku lalu mendengar langkah kaki dari ruangan dalam. Itu pasti langkah kaki kak Alyaku yang cantik. Aku sangat penasaran bagaimana kakakku akan muncul di hadapan kami kali ini. Baru mendengar langkahnya saja jantungku sudah berdegup kencang, bagaimana dengan melihatnya…

“Adek-adeek.. rajin banget ngerjain PR nyaa? Diminum dulu yaah..” sapa Kak Alya yang menemui kami kembali sambil membawa nampan berisi empat gelas air susu dengan hanya mengenakan.. kaos terusan! Malah dengan potongan bawahan yang lebih pendek dari sebelumnya! Memperlihatkan pahanya yang putih bening. Bahkan potongan bagian lehernya pun yang modelnya lebar. Saking lebarnya sampai menunjukkan pundak dan bahu sebelah kak Alya! Aku setengah berharap kalau kak Alya memakai dalaman. Apa jadinya kalau mereka tahu kak Alya nggak pakai dalaman beha, apalagi dibawahnya.

Dengan rambut digerai bebas dan kaos seksi berwarna kuning kak Alya muncul mendadak. Aurat-auratnya yang indah terumbar kemana-mana membuat kami berempat menelan ludah. Nekat banget kakakku ini! Sungguh berbeda dengan busananya yang sebelumnya yang benar-benar tertutup, sekarang terbuka menggoda.

Kak Alya suka sekali membuat hati kami teraduk-aduk karena dipertontonkan cara berbusananya yang sangat kontras itu. Awal kami pulang tadi busana kak Alya minim seperti ini juga, lalu setelah itu berpakaian tertutup lengkap dengan jilbab, sekarang malah berpakaian yang mengumbar aurat lagi. Kakakku ini sungguh wanita penggoda!

“Wuih kak Alya! Bening beneer!” Bono mulai nyeletuk duluan, sudah gak tahan untuk berbuat cabul rupanya nih anak.
“Waduuh kak Alyaa! Cantik benerr.. Dado jadi pusing nih, hehe..”

“Iya nihh.. gara-gara kalian sih ngotorin baju kakak tadi, jadinya kakak ganti baju lagi deh..”

Hah?? Aku agak kaget dan bingung dengan semua ini. Apakah Kak Alya memang tahu kalau pakaiannya dikotori oleh mereka? Tapi bagaimana bisa? Apa jangan-jangan…

“Diminum yah susu dari kakak.. Jangan disisain, hihi. ” kak Alya menaruh gelas dengan posisi menunduk. Sumpah kak Alya bener-bener nekat di depan mereka semua. Pastilah mereka bertiga bisa dengan leluasa melihat buah dada kakakku yang putih itu menggantung dengan bebasnya di balik rongga kerahnya. Aku yang penasaran malah tidak bisa melihatnya karena posisi dudukku menyamping dari kak Alya. Aduh! Nanggung banget sih kak.. aku kan pengen lihat juga..

“Kok pada bengong? Hayoo.. pada mikir jorok ya? Diminum dong susunya…” ujar kak Alya menyadarkan mereka.

“I..iya kak… cuma kebayang aja kalo susunya asli dari kak Alya, hehe..” ujar si Dado mulai berani berkata kurang ajar pada kakakku sambil menyeruput susu buatan kak Alya. Sialnya, aku kok malah ikut ngebayangin hal yang sama dengan si Dado anak setan ini yah?

“Eh, eh… Bilang apa tadi?” tanya kak Alya dengan nada mengintimidasi tapi tetap dengan tersenyum manis, membuat Dado dan yang lainnya salah tingkah karenanya.

“Ng..ngga kak, becanda kok..”

“Kamu tuh aneh deh.. kalo susunya asli dari kakak, ngapain juga kakak taruh ke dalam gelas.. enakan minum langsung dari sumbernya dong… hihihi”

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Hah?!” tidak hanya aku yang kaget dan panas dingin, ketiga temankupun melongo dibuatnya. Omongan kak Alya betul-betul menjurus, memancing teman-temanku untuk semakin giat menggoda kakakku.

“Hehe.. anu.. berarti boleh minum langsung dong kak?” tanya Feri.

“Huu. ya nggak dong, mau kalian peres-peres susu kakak sekuat tenaga juga gak bakal keluar air susunya… hihihi” jawab kak Alya enteng. Kakakku ini berani banget sih nantangin mereka terus!? Makin kesini kak Alya makin kelihatan nakalnya.

“Serius nih kak? Kan belum dicoba…”
“Iya… kalian gak percaya?”

“Nggak percaya kak… mana tau ada isinya looh? Yuk kak kita coba… hehe” tantang balik si Feri. Terlihat seperti bertiga lawan satu. Kakakku sedang dikeroyok! Dan aku seperti tak berdaya berada dalam situasi ini. Antara ingin menghentikan obrolan gila ini tapi juga penasaran sampai dimana ujung tantang menantang ini.

“Hihihi, gitu yah… Dasar kalian ini! Segitu penasarannya sih? Hmm… Coba kakak tanya Aldi dulu yah? Deek.. tuh temen-temen kamu pada mau meresin susu kakak, pengen tau ada isinya apa nggak. Boleh nggak sih dek?”

“Hah? Eh, i..itu… Ja..jangan dong kak! Apa-apaan sih…” tolakku. Tentu saja aku menolak. Tapi entah kenapa aku tadi sempat ragu-ragu menjawabnya. Seperti tidak terima perlakuan mereka yang mulai melecehkan kakakku, tapi juga muncul rasa penasaran seperti apa jadinya jika teman-temanku yang jelek dan dekil ini berani melakukam hal mesum itu pada kak Alya, kakakku yang cantik, putih dan seksi. Uugh, ada apa denganku?

“Yaaahhh… kok gak boleh sih bro?” protes Dado mendengar penolakanku.
“Iya bro… kita kan cuma pengen ngetest aja kakak lo udah bisa ngeluarin susu atau nggak, hehe”

“Ngetest kampret lo!” makiku pada mereka. Sialnya mereka malah tertawa terbahak-bahak mendengar makianku, mana kak Alya juga ikut tertawa pelan juga. Bikin perasaanku jadi tak karuan saja.

“Hihihi… kalian ini… tuh adek kakak jadi marah gitu… Hmm.. gini aja, nanti kalo kakak sudah hamil, susunya kakak bagi-bagi deh buat kalian, mau?” ujar kak Alya kemudian.

“Hah?” kami serempak kaget. Sungguh omongan kakakku ini makin lama makin membuat kami cenat-cenut! Mereka semuapun serempak mengangguk dengan wajah mupeng. Aku sendiri juga ikut mupeng membayangkan bisa meminum susu kakakku suatu hari nanti.

“Yeee! Maunya tuuh.. udah pada jelek, mupeng lagi, hihihi.. kamu kenal mereka dimana sih dek? Pada mesum semua gitu..”

“Tau tuh kak, nemu di jalan.. minta dipungut, tapi gak ada yang mau ambil” ledekku kepada mereka semua. Bukan karena marah, melainkan sebal karena membuat pikiranku menjadi kacau. Aku jadi semakin membayangkan hal yang tidak-tidak pada kak Alya.

“Biar jelek-jelek gini bro, kak Alya mau lho kasiin susunya buat kita, iya nggak kak?” si Dado kelewat pede ngajak-ngajak kak Alya. Gara-gara kak alya juga sih.

“Hmm… kasih nggak yah… Adeek.. kasih gak dek?”

“A..anu kak.. ehmm.. jangan lah..” jawabku pelan dan penuh ragu. Aku benar-benar bingung dengan diriku sendiri.

“Hihihi, adeek… kakak gak kedengeran lho. Kakak tanya sekali lagi yah… Boleh nggak sih dek susu kakak kamu ini diperas-peras sama mereka? Terus air susunya dikasih buat mereka?” tiba-tiba setelah bertanya lagi kak Alya beranjak dari duduknya, dan kini malah pindah dan duduk tepat di antara ketiga teman-temanku! Kak Alya diapit oleh mereka bertiga yang selama ini hanya bisa beronani membayangkan kakakku! Ngapain sih kakakku ini malah duduk disana? Mana saat duduk potongan bawah kaos kak Alya makin tertarik sampai ke pangkal paha. Makin memperlihatkan paha kak Alya yang putih mulus. Bahkan beberapa senti lagi bisa memperlihatkan bagian dalam kak Alya. Tapi malah aku makin tak berdaya. Aku benar-benar tak tertolong!

Sedang ketiga temanku hanya melongo melihat kak Alya yang berpakaian seksi kini duduk di antara mereka. Kakakku yang cantik dan putih diapit cowok-cowok item, jelek, nan dekil.

Sekilas kulihat wajah kak Alya seperti mengedipkan matanya padaku saat ia duduk diantara teman-temanku. Apakah ini yang dimaksud kak Alya ingin menunjukkan sesuatu yang spesial buatku? Tapi apa kak Alya bakal senekat ini untuk sengaja menggodaku dengan menggunakan teman-temanku? Kak Alya benar-benar nakal.

Anehnya kontiku seperti mengiyakan kondisi ini dengan berontak keras. Tapi aku berusaha untuk tetap berakal sehat, entah sampai kapan aku bisa bertahan.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Jangan donk kak.. Enak aja.. keenakan di mereka dong..” jawabku merana, tapi tidak sekeras sebelumnya.

“Tuuh, dengerin kata Aldi.. nggak boleh. Jadi jangan yah.. Masa kalian mau meras-meras susu kakak teman sendiri sih? Makanya cari pacar… gak laku yah? hihihi” ledek kak Alya pada ketiga temanku ini.

“Biarin gak laku, yang penting kita punya teman yang kakaknya super cantik…” ujar Bono seenaknya. Kampret tuh anak, jangan bilang mereka berteman denganku cuma karena kak Alya! makiku dalam hati.

Sejenak suasana menjadi hening. Teman-temanku diam karena menikmati keberadaan kak Alya di sebelah mereka, mana mereka sudah mengelus-ngelus selangkangan mereka masing-masing pula. Aku juga diam karena mengutuk-ngutuk sendiri dalam hati kenapa aku punya teman seperti mereka.

“Ya udah deh kak.. tapi kakak duduk disini aja ya? Temenin kita-kita ngobrol” kata Dado kemudian membuka suara.

“Iya nih kak, disini aja ya, kita ga bakal ngapa-ngapain kok, hehe..” Feri ikut nyeletuk, tapi tangannya masih ngelus-ngelus selangkangannya sendiri. Sama seperti aku yang juga sudah mengelus selangkanganku. Pemandangan yang ada di depanku, yang mana kakak kandungku yang cantik dengan aurat kemana-mana sedang diapit mereka entah kenapa juga membuat aku horni.

“Iya iya.. kakak temenin deh, tapi inget jangan macem-macem yah? Inget kan kata Aldi tadi?” kak Alya malah mau untuk tetap duduk di sana di sebelah mereka. Entah fantasi setan mana yang merasuk, aku seperti diam saja melihat kondisi ini. Kenapa tiba-tiba kak Alya jadi mau nemenin mereka sih? Apa yakin gak bakal diapa-apain? Tapi kalaupun diapa-apakan, kok aku malah membayangkan seperti apa kira-kira kak Alya diperlakukan? Duh, kakakku yang cantik ini ternyata nakal banget. Mau-mauan aja disuruh duduk nemenin mereka.

“Hehe, kak Alya tangannya putih banget, halus lagi bro..” si Dado yang tepat di sebelahnya sengaja menggesek-gesekkan lengannya ke lengan kakakku. Tampak perbedaan warna kulit mereka yang begitu kontras.

“Duh, adeek.. liat nih lengan kakak dipegang-pegang ama si Dado, nakal banget ih temanmu ya?”

“Nggak sengaja kegesek kok bro, hehe.. namanya juga duduk sebelah-sebelahan…”

“Dek, si Bono ikut-ikutan juga tuh deek.. marahin tuh, mana tangannya kasar banget, kayak kulit badak, hihi..” ujar kak Alya lagi ketika Bono ikut-ikutan menjamah kakakku, begitupun Feri. Resmi sudah kak Alya jadi bulan-bulanan mereka. Tapi ku lihat kakakku ini hanya tertawa geli mendapat perlakuan tak senonoh dari ketiga temanku.

Aku yang masih terpana dengan suasana yang sepertinya hampir di luar kendali ini dikagetkan dengan suara nada dering HP kak Alya dari kamarnya.

“Kak Alya! Ada telpon tuh!” panggilku.

“Umm.. Adeek, kakak minta tolong boleh? Ambilin HP kakak yah… Please…”

“Yaah, kak Alya.. kok aku siih, nanggung..” aku seperti tak percaya barusan bilang seperti itu. Aku seperti tidak rela pergi dari adegan yang bikin aku panas dingin ini.

“Hihihi.. adek takut ketinggalan yah?” tebak kak Alya menggodaku. Aku hanya diam karena malu mengakuinya.
“Makanya dek, cepetan ambilin HP kakak dong…” ujar kak Alya lagi. Akhirnya ku turuti juga perkataannya, walaupun jadinya seperti orang bodoh. Segera ku berlari menuju kamar kak Alya dengan harapan cepat mengambil HP nya dan kembali keruang tamu.

Sesampainya di kamar aku melihat HP yang baru saja berhenti berbunyi. Belum sempat kulihat siapa yang misscall kakakku, HP itu sudah berbunyi lagi. Terlihat nama “Mas Hendi” tertera di layar, Mas Hendi pacarnya! Aku jadi bingung mau memberikan HP ini atau membiarkannya saja. Mana kak Alya lagi dimesumin sama temen-temenku di ruang depan. Saking bingungnya aku, HP yang terlalu lama kubiarkan mendadak mati lagi.

Saat aku mau kembali ke depan sambil membawa HP kak Alya, Hp itu mulai berbunyi lagi untuk yang ketiga kalinya. Akupun memutuskan untuk langsung menerimanya.

Sambil menuju ke ruang tamu aku sedikit mendengar suara kak Alya sebelum aku sampai kesana, dan menghentikan langkahku untuk menguping..

“Pelan-pelan donk Do, sakit tau.. Aduuh si Bono tangan kakak jangan taruh disana.. bandel amat sih dibilangin.. Gak geli apa? Hihihi”

“Diem napa kak? Entar kita keluarin nih ya?”

“Tau nih.. bawel amat! Bilang aja kakak suka kan? Hehehe..”

“Aduuh.. jadi kebablasan deh semuanya.. kakak pergi nih yaa?”

“Yaah.. jangan dong kak! Nanggung nih!”

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

Aku mulai panas dingin medengarnya. Entah apa saja yang sudah terlewati. Akupun langsung muncul dan menemui mereka untuk memberikan HP itu pada kakakku.

“Kak Alya, nih HP nya.. Hah?” aku terpana melihat kondisi kak Alya yang baru saja kutinggal sebentar. Kaos bagian bawah sudah tersingkap sampai memperlihatkan pingganya, tapi karena posisi duduk kak Alya yang kakinya rapat, jadi selangkangannya tidak terlihat, melainkan hanya jembut halusnya yang mengintip dari kedua paha putihnya yang mengatup rapat. Sedang kerahnya sudah melebar turun dari pundak sampai ke lengan. Buah dada sebelah kak Alya yang putih dan padat mengkal itu hampir kelihatan semuanya. Dan apa itu? Seperti bercak merah buah dada kak Alya. Apakah susu kakakku baru saja diremas-remas? Sungguh pelecehan! Tapi kak Alya tampak seperti tidak terganggu sama sekali dengan kondisi ini. Kini kontiku resmi sudah tak ada ruang lagi untuk berontak.

“Hihihi.. makasih ya deek.. siapa yang telpon?” tanya kak Alya yang masih menampakkan wajah senyum manisnya walau tengah digerepe-gerepe oleh teman-temanku seperti itu.

“Mas Hendi!” seruku dengan suara kecil ke kak Alya.

“Oh? Mas Hendi? Haloo..” heran aku melihat kak Alya justru dengan tenang menerima panggilan dari cowoknya. Padahal kondisinya sangat menegangkan dan kak Alya tetap tidak beranjak dari sana. Dia menerima telepon dari cowoknya sambil tengah digerepe-gerepe teman-temanku! Kakakku sungguh nakal!

“Iyaa, maaf ya mas.. Alya lagi nemenin Aldi dan temen-temennya di sini..”

Posisi tangan Dado kini sedang memegang-megang tangan kak Alya. Sedangkan Bono semakin menjadi-jadi menggesek-gesekan tangannya ke paha putih mulus kakakku. Feri sendiri lagi sibuk pegang-pegang leher kak Alya sambil mencium bau harum tengkuk kakakku. Aku? Kenapa aku tetap diam dan malah menikmati pemandangan ini!? Wanita yang sedang dilecehkan ini adalah kak Alya! Kakak kandungku! Aku memaki diriku sendiri.

“Iya nih mas, lagi pada makan.. temen-temennya lagi menikmati suguhan Alya.. kayaknya pada suka semua deh, abisnya minta terus, hihihi..” jawab kak Alya. Kalau dibilang berbohong sih tidak, apa yang diucapkan kak Alya memang benar, hanya saja tentu maksudnya yang berbeda. Uugh, kak Alya memang nakal. Kak Alya cewek penggoda. Nakal abis. Aku tak tahu lagi harus memberi sebutan apa pada kakakku ini. Yang pasti kontiku sudah tidak tahan lagi.

Tiba-tiba kak Alya menutup microphone HP nya.

“Eh! Jangan kebawah-bawah ya. Nanti gak kakak terusin nih… Tuh dek, lihat teman-temanmu nih, nakalnya gak ketulungan!” ujar kak Alya pura-pura mengancam tapi tetap memasang senyum manisnya. Bikin kami semua jadi tambah gregetan!

“Aduh kak Alya.. gua ga tahan lagi..” ujar Dado yang kemudian… membuka resleting celana dan membebaskan kontolnya yang hitam dari dalam celananya! Sungguh cabul! Belum selesai kagetku melihat kelakuakn si Dado, mendadak Bono dan Feri seperti terprovokasi akhirnya ikutan juga mengeluarkan kontol-kontol mereka. Apa-apaan ini!?

Wajah kak Alya tampak sedikit kaget melihat mereka semua sudah mengeluarkan kontolnya sambil dikocok-kocok. Mungkin kakakku tidak mengira mereka bakal senekat itu. Kak Alya sih….

Hanya sebentar ku lihat kak Alya dengan wajah kagetnya, tapi tak lama kemudian dia asik lagi teleponan.

“Uugh.. Udah kak, ngobrol aja lagi.. entar ketahuan lho” si Dado seperti mengingatkan kak Alya, walau ia sendiri tampak tak peduli ketahuan atau tidak. Justru aku yang panas dingin melihat situasi sekarang. Apa jadinya kalau sampai ketahuan oleh pacarnya!? Anehnya akupun kini justru ikut mengeluarkan kontolku yang sejak tadi ingin dibebaskan. Aku tak berdaya melihat pemandangan ini.

“Eh.. iya mas.. maaf, Alya juga lagii.. lagi makan.. iya maas.. tadi Alya bikin lontong mas.. emm, lontong sayur tuh..” kak Alya mulai tidak jelas ngomongnya, seperti cari-cari alasan supaya tidak ketahuan. Kelakuannya itu justru membuatnya terlihat semakin nakal. Uugh, aku mulai mengocok kontiku dengan cepat.

Kulihat Dado mulai meracau dan mempercepat kocokannya sambil tangannya bergerilya ke paha, leher, pinggang, dan tangan kak Alya. Dan kakakku terlihat menahan geli! Ooh, kakakku nakal.

“.. Sssshhh.. Ooh, kak.. kak Alya…” si Dado mulai sembarangan bersuara.

“.. apa mas? Ooh, itu mas.. Alya bikin lontong sayurnya pedes banget deh kayaknya.. makanya pada bersuara gak jelas gitu deeh.. ampe merem melek..”

Suara desah-mendesah teman-temanku semakin menjadi-jadi, begitu juga kocokan mereka. Kak Alya seperti tidak ada pilihan kecuali hanya diam dan berusaha meladeni cowoknya melalui HP dan juga teman-temanku yang semakin brutal memainkan tangannya pada tubuhnya, membiarkan teman-temanku ini meraba-raba auratnya yang biasa ia tutupi.

“Iya nih mas.. masih banyak lontongnya.. si adek juga suka tuh.. suka yah dek? Ini buatan spesial dari kak Alya buat adek.. hihihi..” lirik kak Alya nakal sambil tersenyum manis padaku. Sungguh aku ingin muncrat dibuatnya!

Tapi tiba-tiba Dado bangkit dari duduknya dan naik keatas sofa ruang tamu tempat mereka duduk berempat. Mau apa dia? Tanpa dikomandoi kedua temanku yang lainnya juga ikut berdiri mengelilingi kak Alya yang sedang duduk.

“.. Uugh kaak.. Eegh..” erang Dado makin keras sambil kocokan tangannya juga semakin cepat. Tiba-tiba dengan kurang ajarnya dia pegang dan tarik rambut belakang kak Alya hingga wajah kak Alya jadi tengadah di bawah kontol teman-temanku. Jangan bilang kalau kakakku akan di…

“..Aarghh! Kaak!” Peju teman-temanku muncrat tidak karuan menghiasi wajah kak alya, kakak kandungku!

“.. Iiiiih!” kak Alya kaget dan menjerit sambil memejamkan matanya. Siraman pejuh temanku menghiasi rambut, wajah, bahkan HP kak Alya sendiri yang masih teleponan dengan cowoknya itu juga tak luput dari semprotan teman-temanku.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

Melihat kondisi kak Alya yang sedang kaget belepotan sperma di muka dan rambutnya membuatku semakin terangsang. Akupun akhirnya juga menumpahkan pejuhku yang hanya mengenai meja tamu saja. Bahkan tidak mengenai kak Alya sama sekali. Tidak seberuntung teman-temanku yang dapat dengan nikmatnya menyemprot wajah cantik mulus kakakku ini.

Aku bersandar lemas pada kursi. Begitu juga ketiga temanku yang langsung ambruk di sofa. Hanya kak Alya yang masih duduk tegak memegang HP, dimana cowoknya memanggil-manggil tanpa ada jawaban dari kak Alya.

“.. I-iya mas.. maaf… itu.. tadi Alya teriak.. ternyata kuah lontongnya pedes banget.. trus temen-temen Aldi jejeritan pada minta minum.. hihihi, padahal udah Alya suguhin susu.. salah sendiri engga diminum.. ya udah mas yah.. Alya mau mandi lag- eh! Mau mandi dulu.. hihihi.. daagh mas..”

“Uugh.. kak Alya..” panggilku lemas kearahnya yang kini sudah beranjak dari duduknya dan pindah mendekatiku.

“Apa adeek? Kak Alya nakal yah? Hihihi.. tapi adek suka kaan?” kak Alya menggodaku dengan suara pelan.

“Siapa juga yang suka..” jawabku menyangkal hasrat terdalamku tentang kebinalan kak Alya.

“Hihihi.. adek nih. Ya udah, kakak tinggal ke dalam dulu yah.. mau bersih-bersih dulu..”

Melihat kak Alya pergi sambil tersenyum manis ke arahku dan penuh dengan hiasan peju di wajah dan rambutnya serasa akan membangkitkan si otong lagi. Kak Alya terlihat begitu seksi dan nakal dengan penampilan seperti itu. Persis seperti dalam khayalanku setiap kali aku onani, hanya saja tentunya bukan hasil dari teman-temanku. Mengingat ini ulah dari teman-temanku, aku merasa sebal dan ingin segera mengusir mereka. Cukup sudah dalam sehari mereka merasakan kepuasan dalam melecehkan kakakku.

“Woi, udah gelap nih! Pada balik deh lo semua!” teriakku pada mereka. Kesadaranku terkumpul lagi untuk mengusir teman-temanku. Kesadaran yang tadi sempat dikalahkan oleh nafsu. Tepatnya, nafsu pada kakakku.

«Oiya, udah gelap nih.. gue balik deh bro, tapi boleh kan main kesini lagi? Hehe.. ngerjain PR broo..” si Dado seperti ingin meyakinkanku bahwa tiap kemari untuk mengerjakan tugas sekolah, padahal aku yakin bukan itu tujuannya.

“Ah kampret lo! Akhirnya kakak gua juga yang lo kerjain. Sono-sono.. eneg gua liat lo pada!” Aku terus mengusir mereka supaya cepat-cepat pergi bukan karena aku marah. Walau sebenarnya perasaanku agak terganggu dengan kejadian barusan, tapi aku ingin berduaan lagi dengan kakakku yang entah akan ku apakan kakakku di sisa waktu yang sudah mulai gelap ini.

“Iya-iya.. ini juga mau balik. Kak Alyaaaaa…. Kami balik dulu yah….” teriak Dado dan yang lainnya.
“Iya… rajin-rajin main ke sini yah…” sahut kak Alya dari arah belakang.

“Tuh, kakak lo aja gak masalah kita main-main ke sini lagi, hehe…” ujar Bono cengengesan. Aku sungguh kesal mendengarnya. Kak Alya ini ngapain juga sih nawarin mereka untuk sering main ke sini!?

Akhirnya merekapun pergi dengan motor masing-masing. Setelah puas mencabuli kakakku seharian akhirnya mereka pulang dengan wajah cengengesan kesenangan. Seharusnya cuma akulah satu-satunya tadi yang mencabuli kakakkku, bukan mereka. Huh! Jadi panas hati ini mengingat aku hanya diam saja tak berdaya melihat kak Alya diperlakukan tidak senonoh seperti tadi.

Kak Alyaku yang cantik dan seksi. Dengan busana minim kaos yang serba terbuka terlihat pasrah menerima semprotan peju yang menodai wajah cantiknya. Wajah seorang gadis yang selama ini memakai jilbab, bersikap santun dan jauh dari bayangan negatif. Ufft! Otongku mulai menegang lagi. Ini saat yang tepat untuk menyusul kak Alya ke dalam rumah karena akhirnya cuma tinggal kami berdua di rumah.

“Kak Alyaaa!” aku jejeritan seperti orang gila sambil menghambur masuk ke dalam rumah.

“Apa sih deek? Teriak-teriak kayak orang gila?” kak Alya yang terakhir kulihat masuk ke dalam sudah kembali ke ruang tengah sambil nonton acara TV. Pakaiannya kal ini juga mengenakan baju kaos, tapi sekarang dia sudah mengenakan celana legging pendek. Dan bekas-bekas semprotan teman-temanku sudah tidak terlihat lagi. Sepertinya sudah dibersihkan oleh kakakku. Semprotan orang-orang dekil!

Aku yang bergaya seperti orang ngambek berjalan malas mendekatinya dan duduk di sampingnya. Masih dengan pasang wajah jutek, moga-moga aja dia tahu kalau aku tidak terima dengan kejadian tadi. Aku yang diam saja malah ditanggapi hal yang sama dengan kakakku. Dia malah asyik nonton terus tanpa memperdulikan aku yang pura-puta ngambek di sampingnya. Bener-bener deh nih kak Alya!

“Kak..”
“Hmm..”
“Kak Alya!”
“Iya…”
“Kakak!”
“Apa sih deek? Kakak lagi nonton nih…” ujarnya tetap cuek memandang lurus ke layar tv. Bikin kesal aja!

Timbul niatanku untuk mengisenginya karena dari tadi hanya menjawabku sekenanya saja. Lagi pula, salah siapa dia bertingkah nakal seharian, sekalian saja aku cabuli. Biar tau rasa kakakku ini!

“Kak Alyaa!” aku langsung memeluk tubuh kak Alya tanpa aba-aba.

“Aduh adek! Apaan sih? Main peluk-peluk aja ih!” kakakku yang kaget kupeluk langsung ambruk badannya karena tertimpa badanku yang menindihnya.

“Habis, kak Alya bikin aku gemes..”

“Hihihi.. gara-gara lihat yang tadi yah dek?” tanya kakakku dengan tatapan menggoda.

“Kak Alya nakal. Kok mau-maunya sih digituin sama mereka?”

“Temen-temen kamu tuh yang nakal, baru lihat kakak kayak gini aja udah pada pipis sembarangan. Gimana kalau kakak gak pake apa-apa, kira-kira kakak bakal diapain yah dek sama mereka?” Duh, kakakku ini.

“Kakak gak takut diperkosa apa sama mereka?” tanyaku sedikit menggerutu.

“.. Ehmm.. takut sih dek, apalagi temen adek tuh.. udah pada item-item, bau keringat, dekil lagi.. gak kebayang tuh dek kalo kakak diperkosa sama mereka, hihihi. Apa jangan-jangan.. adek penasaran yah seperti apa kalo kakak kandung adek ini diperkosa sama mereka? Hihihi. hayoo ngaku!”

“Eh! Ehmm.. anu.. aku nggak rela lah kak!” jawabku ragu. Tebakan kak Alya benar-benar mengena. Karena memang dalam setiap onaniku aku sering menghayal kalau kak Alyaku yang cantik yang selalu berpakaian tertutup ini diperkosa oleh orang-orang dekil dan jorok, mungkin seperti teman-temanku ini. Tapi tentunya tidak pernah terbayangkan kalau hal itu benar terjadi. Aku tentu saja tidak rela.

“Nggak rela apa nggak rela?” tanya kakakku dengan nada manja menggoda. Sepertinya kakakku ini tahu betul kalau aku lagi ragu akan jawabanku sendiri.

“Tapi nggak temen-temenku juga kali kak..” jawabku polos. Masa bodohlah kalau kak Alya marah atau tidak dengan khayalanku tentang dirinya.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Hah? Berarti kalo dengan orang lain boleh? Gitu yah dek?” kak Alya memberi respon terkejut.

“Yaa.. ngga juga sih kak, hehe..”

“Yakin? Ntar kalau beneran terjadi pasti kamunya liatin terus sambil coli… iya kan?”

“Ng..nggak lah…” jawabku lagi-lagi ragu. Kak Alya tertawa mendengar jawabanku yang ragu-ragu itu.

“Aduuh! Adek kakak ini suka fantasiin kakak apa aja siih? Pantesan kamu bawaannya pusing melulu.. ayo lepasin kakak!” suruh kak Alya sambil terus menepis tanganku yang masih memeluknya.

“Adek! Hihihi.. geli tau dek! Hmm.. gini deh, kalau kamu mau lepasin kakak, nanti kakak kasih sesuatu yang spesial deh, masih mau kan?”

“Hah? Kasih apaan kak? Mau donk… Hehe..” terhipnotis seperti biasanya oleh kakakku yang cantik ini, aku mulai mengendorkan pelukanku di tubuh ramping kakakku ini.

“Hihihi, dengar mau kakak kasih sesuatu langsung tanggap, dasar! Gak jadi ah…”

“Ah kak Alya! Aku peluk lagi nih yaa?” ancamku sambil pasang gaya mau menomplok kembali kakakku ini.

“Adek! Udahan! Iya iya… kakak kasih tapi ada syaratnya.. adek gak boleh pegang-pegang kakak yah”

“Hah? terus adek pegang apa donk kak?” tanyaku bingung, apa sih permainan kak Alya kali ini?

“Hihihi.. pegang burung kamu sendiri. kasian tuh, kejepit dari tadi.” tawa renyahnya meledekku.

“Yaah.. kakak. ” aku seperti penonton kecewa yang gagal mendapatkan permen gratis. Permen itu tak lain adalah kak Alya sendiri.

“Janji dulu adeek..”

“Iya iya.. janji..” jawabku terpaksa.

“Yakin nih adek gak mau keluarin burungnya sekarang? Hihi.. Adek liat yah! Kakak kasih sesuatu yang spesial buat adek..” tiba-tiba kak Alya menarik gesperku dan meloloskannya dari pinggang celana sekolahku. Awalnya aku berpikir kak Alya mau memelorotkan celanaku, dan memang dia tidak melakukannya. Aku masih tak mengerti apa yang sedang kak Alya lakukan, sampai akhirnya kak Alya selesai melakukan semuanya, dan menyerahkan sesuatu kepadaku.

“Adeek.. pegangin donk talinya, biar kakaknya gak kemana-kemana, hihihi..” kak Alya menyerahkan ujung gesper kepadaku.

Aku terpaku dan terpana melihat pemandangan ini. Bagaimana tidak, kak Alya membuat ikatan gesper dan mengalungkannya pada lehernya sendiri yang jenjang dan putih itu. Lalu menyuruhku memegang ujung sisi lainnya seolah aku seperti sedang memegang seekor ternak! Kakakku yang cantik dan seksi sedang berpura-pura menjadi seekor sapi betina untukku! Uugh kak Alya!

Mungkin inilah yang dimaksud dengan sesuatu yang spesial yang ingin kak Alya tunjukkan padaku tadi siang. Entahlah yang mana sebenarnya yang ingin kak Alya tunjukkan padaku, terlalu banyak hal yang buatku sangat spesial dari kak Alya. Tapi menjadi sapi yang seksi dengan tali gesper di lehernya buatku sangat seksi. Kak Alya benar-benar seksi. Otongku langsung mengeras, dan benar seperti kata kak Alya, seharusnya aku tadi mengeluarkan kontiku karena penisku sangat tersiksa di dalam celana. Segera ku keluarkan penisku yang sudah menegak dengan kerasnya di hadapan kak Alya.

“Uugh kak Alya.. nakal banget, suka godain aku..” keluhku tak karuan karena membayangkan kakakku menjadi sapi peliharaanku betul-betul membuat kontiku terasa keras dan sakit.

“Hihihi.. ayo adeek, semangat kocoknya..”

“Kak Alya nakal.. uugh.. kak Alya sapi betina yang nakal..” sambil melihat tingkah manja kak Alya yang terus memandangku dengan sayu membuat kocokanku makin kuat dan cepat.

“Adeek.. liat deh..” tiba-tiba kak Alya mengangkat kaosnya sampai keleher hingga memperlihatkan buah dada putih dan mengkal kak Alya. Pentilnya yang coklat kemerahan terlihat mancung mengeras. Kak Alya benar-benar menyiksaku!

“Kak.. boleh pegang yah kak?”

“jangan donk adeek, janjinya tadi apaa?”

“Hehe.. dikit aja kaak, pleasee..” aku memohon supaya diijinkan memegangnya. Dan mungkin sedikit memerasnya.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Dasar… tapi jangan keras-keras yah pegangnya…” mendengar jawaban kak Alya membuatku seperti mendapatkan hadiah yang tiada duanya. Walau aku pernah memegangnya sebelumnya, kali ini kak Alya memberikannya dengan suka rela. Kak Alya bahkan meminta dengan lembut agar aku tidak memerasnya terlalu keras. Dan yang lebih membuatku antusias karena kondisi kak Alya yang sekarang seperti sapi betina!

Sambil terus mengocok kontiku, Aku mulai membelai-belai buah dada kak Alya sambil terkadang memerasnya sekali-sekali. Sungguh gemas melihat kak Alya yang cantik, sedang mengenakan tali gesper di lehernya. Kak Alya kelihatan binal banget. Kakak kandungku sendiri, memperlakukan dirinya seperti hewan ternak yang susunya seperti mau dipersembahkan kepada siapa saja yang mau menyusuinya. Uugh, Kak Alya nakal sekali!

“Adeek. Kebayang gak sih kalo ada dua anak sapi item yang jelek nyusu di tetek kakak?”

“Dikenyot kuat-kuat donk kak?” jawabku terus mengocok sambil membayangkan dua anak sapi itu. Entah kenapa aku malah membayangkan dua temanku yang datang tadi siang.

“Terus sambil nyusu, datang si papah sapi.. langsung naik ke punggung mamah sapi ini dek..” suara kak Alya makin mendesah. Aku makin tak kuat mendengar suara menggoda kak Alyaku yang makin nakal ini.

“. Uugh.. kakak nakal, nih. kak Alya sapi binal..” aku mulai mengatai kakak kandungku yang tidak-tidak. Kontiku sudah mau meledak, dan remasanku mulai mengeras di dada kak Alya.

“Tau nggak papah sapi bilang apa dek? Katanya, ‘sini, mamah sapi papah entotin dulu, biar hamil terus toket mamah yang penuh susu bisa dikenyot sama sapi mana aja yang mau ngenyot’ Hihihi..” ujarnya manja. Aku tidak kuat lagi!

“Aarghh! Kak Alya pereek!” Aku berteriak sembarangan. Kontiku yang berdenyut-denyut kuarahkan ke kak Alya dan semprotannya membasahi kursi sofa dan paha putih kakakku yang cantik ini.

Aku dan otongku terkulai lemas. Dua kali kami berjibaku menghadapi kak Alyaku yang suka menggoda itu. Tapi rasanya aku selalu tidak pernah bosan untuk terus beronani dan membuang pejuku di depan kakakku yang seksi ini.

“Uuhh.. tiga kali deh kak Alya disemprot. Masa kakak mandi tiga kali sih dalam sehari? Pusing punya adek mesum.. hihihi..”

“Iyaaa… tiga” kata kak Alya mengedipkan matanya. Ta..tapi kapan yang satu lagi?
“Hihihi.. ya udah… kakak mandi dulu yah?” ujarnya kemudian meninggalkan aku sendiri.

cerita dewasa

Jumat, 27 April 2018

Cerita dari suhu jonysambel dan bramloser (forum semprot.com)

«Kak, aku pergi sekolah dulu yah. »
«Iyaaa. belajar yang bener, jangan macam-macam di sekolah kamu dek!»
«Nggak kok. mending macam-macam di rumah sama kakak, hehe»
«Hah? Apaan sih kamu. »
«Bercanda kok kak. »
«Dasar. » Diapun mendaratkan ciumannya di keningku, seperti yang biasa dia lakukan ketika aku pamit ke sekolah. Ugh, sungguh senangnya tiap pagi selalu mendapatkan ciuman darinya, ciuman dari kakakku yang cantik dan seksi ini, tapi.

«Hehe.. Dado pamit juga ya kak..» ujar temanku bernama Dado yang menungguku dari tadi. Dia ikut mendekati kakakku dengan wajah sok polos dan cengengesan seperti ingin juga mendapatkan kecup manis dari kakakku.

«Kenapa Do? Kamu mau kakak cium juga?» Tanya kakakku seakan bisa menebak apa yang dipikirkan temanku itu.
«Hehe. Iya kak. boleh?» pinta Dado.
«Hihihi. duh kamu ini, Kakak tanyain Aldi dulu yah. Dek lihat tuh, temanmu mau dicium sama kakak juga tuh. Boleh nggak dek dia juga dapat ciuman dari kakak?» tanya kakakku meminta pendapatku.
«Ya nggak lah kak!» tolakku, gila aja kalau si jelek ini juga dapat ciuman dari kakakku.
«Tuh dengar, gak dibolehin sama Aldi, hihihi. Udah sana kalian, buruan berangkat»
«Iya iya. Buruan Do!» suruhku menyeret Dado, kalau lama-lama di sini ntar si Dado beneran bakal dapat ciuman dari kakakku lagi, tak rela aku! Akupun segera menyalakan motorku dan berangkat ke sekolah.
«Daagh kak Alyaa. »
«Daagh kak Alyaa cantik.. hehe..» pamit Dado juga ikut-ikutan. Kupret nih anak!

Namaku Aldi. Aku masih kelas 2 SMU. Di rumah ini aku hanya tinggal berdua bersama kakakku. Ya, hanya berdua saja karena kedua orang tua kami tinggal di kota yang berbeda dengan kami. Papaku yang bekerja di luar kota membuat Mama juga jadi harus mendampinginya di sana. Tapi bagiku tak masalah, karena selama ini aku ditemani oleh kakakku, Kak Alya.

Kak Alya saat ini sedang kuliah di salah satu PTS ternama di kota kami dan baru saja menjalani tahun pertamanya. Sungguh hari-hari yang kulalui sangat menyenangkan karena kakakku sangat memperhatikan diriku.

Seperti memasakkan makanan untukku sehari-hari, sampai mengingatkan akan pakaian kotorku yang seharusnya dicuci. Tapi karena kakakku juga memiliki kesibukan kuliah, aku memilih untuk mencuci pakaianku sendiri. Walau terkadang justru ia yang ingin mencucikan pakaianku. Memang kakakku ini sangat baik. Hal itulah yang membuatku semakin suka bermanja-manja pada kakakku ini.

Kak Alya sehari-hari dikenal baik, ramah dan sopan di lingkungan perumahan kami. Dia tidak pernah pilih-pilih teman dalam bergaul. Walaupun kak Alya sudah memiliki pacar, tapi tetap saja banyak cowok yang nekat untuk medekatinya. Bahkan termasuk teman-temanku yang suka main kerumah dengan alasan bikin PR lah, main PS lah. Siapa juga sih yang tidak tertarik dengan cewek seperti kak Alya? Sudah cantik, sopan, ramah pula. Aku saja sampai tertarik padanya meskipun aku adalah adik kandungnya, hehe.

Sehari-hari, Kak Alya selalu berpakaian tertutup lengkap dengan jilbab bila keluar rumah atau saat sedang menerima tamu. Tapi ketika sedang di rumah saat hanya berdua denganku, kak Alya sering sekali berpakaian seadanya. Siapapun pasti memaklumi bila berpakaian seadanya saat berada di rumah tanpa ada orang lain yang melihatnya kecuali aku. Tapi yang kak Alya kenakan justru lebih dari sekedar seadanya.

Bahkan bisa dibilang sangat seadanya, pakaian yang sangat minim! Karena hanya ada aku di rumah ini, maka akulah yang beruntung bisa melihat pemandangan indah ini setiap hari. Walaupun kadang-kadang teman-temanku juga kebagian rezeki dapat melihat penampilan kakakku berpakaian minim.

Seperti saat mengantarkan aku ke depan pintu tadi, kakakku ini hanya mengenakan tanktop putih ketat berbelahan rendah dengan bawahan celana pendek berwarna pink. Sungguh setelan yang mempertontonkan aurat-auratnya! Kulitnya yang putih mulus, lekukan tubuhnya yang indah, rambut hitam sebahunya yang digerai, serta semua bagian tubuhnya yang biasa ia tutupi bila keluar rumah itupun tersaji khusus untukku, adek laki-lakinya. Aku juga bisa pastikan kalau kak Alya tidak mengenakan apa-apa lagi dibaliknya karena aku bisa dengan jelas melihat tonjolan mungil pada bagian dadanya. Gimana aku nggak horni coba? Meskipun aku adeknya, tapi aku kan laki-laki biasa. Sialnya temanku tadi juga beruntung bisa melihatnya.

Tapi kak Alya sepertinya cuek-cuek saja dan tidak peduli bila dirinya selalu menjadi tontonan bagiku sehari-hari. Kak Alya seperti sudah biasa membiarkan dirinya dan cara berpakaiannya itu dipelototi bulat-bulat olehku. Malah sesekali kak Alya melempar senyum manisnya ketika tahu aku sedang memperhatikannya. Ugh, sungguh bikin gregetaaan! Mana dianya juga tak jarang mondar-mandir di depanku seperti seakan sengaja menggodaku. Gimana aku tidak pusing dibuatnya!?

Semakin lama aku malah berpikir kalau kak Alya sepertinya suka sekali jika aku memperhatikan dirinya. Terutama ketika kak Alya hanya berpakaian seadanya di rumah, dia betul-betul memamerkan kecantikannya itu padaku. Berbeda dengan kesehariannya di luar, kalau di rumah kak Alya sering menggodaku seolah-olah ia seperti perempuan nakal.

Dan namanya laki-laki, aku pun sering merasa tak tahan dengan pemandangan yang selalu kak Alya suguhkan setiap hari buatku. Kak Alyaku yang cantik, putih, bening, dan seksi, dan nakal, akhirnya menciptakan khayalan yang tidak-tidak di dalam kepalaku. Dan berujung pada kegiatan rutin harian, yaitu urut-mengurut otongku sambil membayangkan kak Alyaku yang nakal.

Tentunya aku beronani membayangkan kakakku secara diam-diam, tapi akhirnya perbuatan aku itu ketahuan juga olehnya. Kejadiannya baru seminggu yang lalu.

«Adeeeeeek!» teriaknya kencang di depan kamar mandi waktu itu.
«Apaan sih kak? Berisik amat»
«Kamu onani?? Tuh pejumu belepotan di lantai kamar mandi! Cepat bersihin!»
«I..iya..» Duh, aku sungguh malu ketahuan habis onani oleh kakakku sendiri.
«Emang kamu udah bisa keluarin peju yah dek?» ujarnya menggodaku.
«Ya bisa dong kak. aku kan udah gede, hehe..»
«Iya.. makin gede tapi juga makin mesum kamunya. »
«Habisnya kakak sih. ups!» sial, aku keceplosan.
«Hah? Jangan bilang kalau kamu onani sambil ngayal kakak!? Ayo jawab!»
«Eh.. i..itu. » aku tergagap. Masak aku mengakui padanya kalau aku membayangkan kakakku sendiri sebagai objek onani sih? Tapi dia yang melihat aku tergagap malah tertawa terbahak. Dia tidak marah!
«Dasar kamu. sama kakak sendiri nafsu. sana cepat bersihin pejuhmu!» ujarnya lalu pergi membiarkanku sendiri membersihkan ceceran spermaku di lantai kamar mandi.

Setelah kejadian itu, kakakku ini malah semakin menjadi-jadi menggodaku. Bahkan dia mengizinkan aku untuk membayangkannya bila aku beronani. Malah beberapa hari yang lalu aku beronani di depannya, di depan kakakku sendiri sampai ejakulasi dan pejuhku berhamburan mengotori lantai kamar mandi. Waktu itu aku lagi-lagi kedapatan olehnya sedang onani, dia tidak sengaja masuk ke kamar mandi.

Sungguh beruntung aku punya kakak seperti dia. Udah cantik, baik, pengertian sama adeknya lagi, hehe. Akupun lanjut beronani, namun kali ini ada kakakku di depanku. Mengocok penisku dengan melihat kakakku secara langsung! Mana dianya senyum-senyum terus kepadaku, mana tahan coba? Akhirnya spermakupun muncrat-muncrat dengan derasnya di depannya.

«Udah kan dek? Udah lega? Udah hilang kan pusingnya?»
«I..iya kak.. makasih»
«Jangan lupa bersihin tuh pejumu. »
«I..iya..»

Tapi ternyata tidak sekali itu saja aku beronani di depannya, kemarin dan dua hari yang lalu juga demikian. Tapi hanya sampai disitu saja, kak Alya masih selalu mengingatkanku bahwa kami adalah saudara kandung kakak beradik. Memang aku sadar bahwa sangat tidak pantas aku meminta hal ini padanya. Tapi nafsuku pada kakakku sendiri mengalahkan segala-galanya.

Dan kini, siang sepulang sekolah aku langsung menuju rumah tanpa mampir-mampir kemana lagi. Apalagi kalau bukan untuk berduaan dengan kak Alya, bermanja-manjaan dengan kakakku yang cantik ini.

«Kak Alyaa..» panggilku melihat kak Alya sedari tadi mondar-mandir.

«Apa deek?» aku mendengar kak Alya menjawab sambil tersenyum manis. Sepertinya ia tahu kalau aku sedang memperhatikannya dari tadi.

«Ngapain sih kak dari tadi mondar-mandir? Pusing tau kak liatnya»

«Ooh, adek lagi pusing beneran? Atau pusing banget dek?» teguranku malah dijadikan candaan oleh kak Alya.

«Anu kak.. Hehe.. lagi pusing banget..» jawabku cengengesan, entah kak Alya tahu maksudku atau tidak.

«Hihi.. kamu tuh ya dek.. ga bisa apa bentar aja ga pusing.. masa tiap hari bilangnya pusing melulu..» kak Alya duduk disebelahku dan memberi jarak agak jauh.

«Abisnya, kak Alya juga siih.. tanggung jawab ya kalo aku sakit gara-gara pusing melulu..» candaku mengancam kak Alya, sekali lagi entah kak Alya mengerti maksudku atau tidak.

«Yee.. adek yang pusing kok kakak yang disalahin? Umm, adek belum makan kalii.. Tuh kak Alya udah masakin ikan goreng kesukaan adek»

«Aku pusing bukan karena laper kak..» jawabku sok bersungut walau sebenarnya aku memang lapar betulan, hanya saja ada yang jauh lebih lapar di banding perutku.

«Umm.. Adek pasti pusing karena belum dapet-dapet pacar yah? Hihi.. kasian banget sih kamu dek.. di rumah melulu siih..» kak Alya mencari jawaban yang aku kini malah dijadikan bahan candaan oleh kak Alyaku ini. Tapi seyum dan tawa ringan kak Alya membuatku bertambah pusing.

«Iya nih kak.. kenapa ya kok aku sukanya di rumah aja berdua sama kak Alya,? Hehe..» jawabku cengengesan sambil duduk merapat mendekati kakakku berharap kakakku tidak makin menjauh.

«Iya nih dek.. kakak juga sama. Kok sukanya di rumah aja yah sama adek berdua-duaan? Hihi..» sambil menjawab dengan tawa renyahnya kak Alya menggeser duduknya yang malah semakin mendekat ke arahku dengan tubuhnya yang dicondongkan kedepan. Wajah kami pun tampak berdekatan. Aku suka kaget sendiri kalo kak Alya menggodaku tiba-tiba seperti ini.

«Serius kak?» tanyaku balik seperti tak percaya akan jawaban kak Alya.

«Iya lho.. coba deh bayangin dek kalo ngga ada kakak.. Adek makan ga ada yang masakin.. baju kotor ga ganti-ganti.. sekolah kalo ga diingetin suka bolos, pake alasan nemenin kakaklah.. ga kebayang tuh dek, seminggu aja adek jadi kayak gembel.. Hihi..»

«Kak Alya!» dengan sebal dan gemas aku memajukan tubuhku sambil merentangkan tangan memeluk kakakku yang sukanya menggodaku.

«Adek! Aduuh.. Geli dek! Lepasin doonk! Hihi.. kakak belum selesai ngomong nih..» kak Alya meronta dari pelukanku yang jamahan tanganku bergerilya sampai kemana-mana. Tapi seperti biasa, kalau kak Alya seperti mau-mau saja kuperlakukan seperti ini.

Lalu karena aku penasaran akan lanjutan kak Alya, akupun menghentikan gerakan gerilyaanku walau aku masih tetap memeluk kak Alya yang kini posisiku jadi memeluk dari belakang karena rontaanya barusan.

«.. Kalau adek lagi kambuh pusingnya, siapa yang ngobatin? Hmm?» tanyaku kak Alya seolah menunjukkan betapa tergantungnya diriku padanya.

«Hehe.. kak Alya donk, kan cuman kak Alya yang pinter ngobatin..» jawabku mesum.

«Kamu tuh ya dek.. bisa-bisanya kakak sendiri dicabulin, tiap hari lagi.. sana gih cari pacar..» sambil dengan gaya mengusir menepis-nepis pelukanku yang makin erat. Semakin erat pelukanku, semakin menempel tubuhku termasuk otongku yang sudah mulai mengeras merapat pada tubuh belakang kak Alya.

«Ga mau ah! Maunya sama kak Alya aja, udah baik, cantik, seksi lagi.. Uugh..» pelukku sambil mengangkat kakiku mengapit paha kak Alya dari belakang agar tak mudah lepas dari pelukanku. Dan membuat otongku semakin menggesek pada pinggul belakang kak Alya.

«Aduh adeek.. kok kakaknya dijepit begini sih? Kan kakak jadi ga bisa bergerak..» jawab kak Alya dengan nada manja.

«Uugh.. kak Alya..» mendengarnya menjawab dengan nada manja gemulai tak berdaya seperti itu malah justru membuatku semakin panas dingin.

«Apanya ya kak?» jawabku pura-pura tak tahu.

«Itu tuuh yang dibelakang kakak.. ngeganjel tau deek..» kak Alya rupanya sadar aku mulai melakukan gerakan menggesek di pinggul belakangnya.

«Yaah, kak Alya.. sekali ini doonk.. yah? Lagian kan ga nempel langsung kok kak.. tapi kalo boleh nempel langsung Aldi seneng banget loh kak..Hehe.. yah kak? Pleasee..» pintaku memohon banget sama kakakku yang cantik ini.

«..Uumm.. boleh gak yaah?» kak Alya menggodaku seperti biasa dengan gaya genit pura-pura berpikir.

«Sekaliii aja kak.. Boleh yah?» aku memohon dengan wajah memelas sambil masih terus menggesek pelan pada pinggul kak Alya yang semakin lama mendekat ke belahan bongkahan bokongnya.

«Kamu tuh yaa, kalo dikasih hati langsung minta jantung sama kakak..»

«Hehe.. iya kak Alya, jantung kakak disini yah?» lanjutku bertanya balik sambil iseng memegang dada kak Alya.

«Adeeeeek! Tanganmu! Lepasiin. ugh. geli. Adeek!» aku yang iseng terus melancarkan seranganku pada kak Alya malah semakin heran melihat dia yang bukannya marah, tapi malah kegelian. Tentu saja aku semakin berani dibuatnya, akupun meneruskan aktifitas tanganku di buah dadanya sambil menekan dan mempercepat goyangan pinggulku pada belahan pantat kakakku ini, dan kak Alya tetap saja hanya diam menerima perlakuan cabul dariku!

«Kak Alya.. maaf yah.. aku gak tahan ngeliat kakak kayak gini tiap hari..» sambil aku terus memeluk dan menggoyangkan pinggulku.

«Ngeliat kak Alya yang cantik, putih, harum, seksi.. Uugh.. kak Alya sih, godain aku terus!» aku makin mempercepat gerakan pinggulku, tapi kak Alya hanya diam saja.

«Kak?» panggilku karena kak Alya hanya diam saja dari tadi.

«Kak.. Kakak marah ya?» aku mulai penasaran, apakah kak Alya marah padaku karena aku semakin kurang ajar padanya? Aku mulai agak mengendurkan goyanganku.

«Bawel ah! Kamu mau nerusin atau mau udahan? Kalo udahan, kak Alya bangun nih ya?» tiba-tiba kak Alya buka suara. Aku terkejut karena ternyata kak Alya benar-benar tidak sedang marah, malah seperti menantangku untuk meneruskan kegiatanku.

«Eh! Ja..jangan kak.. Aku mau terusin kok.. Aku kira tadi kakak marah, hehe..»

«Nggak marah kok. Emangnya pernah kakak marah sama kamu?»

«Uumm.. ga pernah sih.. makanya aku sayang banget ama kak Alya, aku cinta banget sama kakakku yang seksi ini, hehe..»

«Huuu. dasar! Tapi ingat ya deek.. jangan sampai nyelip!»

«Kalo dikit aja kak?» aku mencoba peruntunganku dengan menawar, tidak ada salahnya, siapa tahu dia mau.

«Nggak! Inget ya dek. kita tuh saudara kandung, kakak adik.. jadi jangan yah adek..» Ah, dia tidak mau. Aku tak bisa memaksanya lebih jauh lagi.

«Iya deh kak..» jawabku agak setengah bersungut.

«Adeek. » kak Alya menoleh kebelakang untuk melihatku, dari nadanya dia seperti sedang baik-baikin aku yang sedang bersungut walau aku masih terus menggoyangkan pinggulku.

Tiba-tiba kak Alya melepaskan pelukanku, berpindah posisi tapi masih di kursi sofa tempat kami duduk berdua. Kak Alya dengan bergaya merangkak di atas sofa, bergerak maju menuju tepian tangan sofa menjauhiku.

Aku masih tak mengerti apa yang kak Alya lakukan, tapi melihat goyangan pinggul dan pantatnya seakan kak Alya memang niat menggodaku untuk menerkamnya dari belakang. Kak Alya kemudian menoleh ke arahku mengintip dari balik pundaknya.

«Adeek.. sini deh.. kalau gesekin pake gaya doggy, adek mau nggak?» kak Alya dengan postur tubuh menungging membelakangiku bertanya lirih dan manja sambil menggigit bibir bawahnya. Tubuhku langsung panas dingin! Tentu saja aku mau!

«Uugghh! Kak Alya!» teriakku sambil menerkam dan menubruknya dari belakang.

«Hihihi. pelan-pelan! Hmm. dek, keluarin aja burungnya, kasian nanti malah bengkok ketekuk di dalam celanamu» suruh kak Alya sambil senyum-senyum. Haduh. tawaran apalagi ini? Tentu saja tidak ku tolak, segera ku bebaskan penisku dari celanaku.

«Kak.. aku selipin ke dalam celana kak Alya yah? Janji deh aku ga bakal masukin..»

«..Uumm.. Iyah.. tapi bener yah dek, jangan dimasukin..»

«Ouughh, kak Alyaku yang cantik dan baik.. nih kak..» Akupun menyelipkan penisku ke dalam celana kak Alya melalui lubang kaki celana pinknya itu.

Seperti yang kuduga, kak Alya tidak mengenakan celana dalam! Sambil kuarahkan dan kutempelkan otongku pada belahan pantat kak Alya, tanganku memegang pinggang kak Alya. Kini posisiku mirip orang yang sedang menyetubuhi kak Alya dari belakang dengan gaya doggy.

«Ngghh.. deekk. Sshhh. dasar kamu nakal» rintih kak Alya, mendengar suara rintihannya itu membuatku semakin larut dalam khayalan yang seolah-olah aku seperti sedang berhubungan badan dengan kakak kandungku sendiri. Ugh. kak Alya.

«Adeek.. kalo orang liat kita, pasti dikira kamu lagi ngapa-ngapain kakak. » kata kak Alya yang mulai memancing-mancing dengan omongan panasnya. Walau kami masih memakai pakaian lengkap, tetap saja pemandangan sebagai kakak adik yang sedang melakukan perbuatan cabul ini menumbuhkan sensasi yang membuat panas dingin bagi yang melihatnya.

«Kalo orang liat kak Alya sama aku lagi begini.. pasti mereka juga pengen kak..» imbuhku sambil terus menggesek otongku di sela-sela pantat dan kain celananya.

«Hihi.. iyah dek, kepengen ngentotin kak Alya juga yah merekanya? Samaan kayak adek..» mendengar kak Alya mengucapkan kata-kata kotor begitu malah membuat otakku semakin ngeres, membayangkan kak Alya benar-benar disetubuhi oleh orang asing akibat melihat tingkah laku kami.

Bahkan lebih dari satu orang, saling berebut untuk mengentoti kakakku yang cantik dan seksi ini. Kak Alya benar-benar nakal, membayangkan dirinya disentuh orang lain selain aku ataupun pacarnya. Kak Alya yang berkulit putih, ditindih dan digagahi mereka yang berkulit gelap. Membayangkan kak Alya yang tak berdaya berusaha melayani penis-penis mereka membuatku semakin horni. Entah kenapa semakin aku membayangkan apa yang dialami kak Alya semakin cepat pulalah irama goyangan pinggulku, penisku juga menekan semakin kuat ke belahan pantat kak Alya.

«Hihi.. kamu ngebayangin apa sih dek? Ngebayangin kak Alya dientotin orang lain yah dek?»

«Kak Alya nakal nih.. Uughh.. Kak Alya..» aku mulai meracau tak jelas dan gesekanku semakin cepat.

«Adeek.. suka berfantasi kakak dicabulin orang lain yah dek? Emang kalau beneran terjadi kamu pengen lihat?» suara kak Alya makin kemari makin lirih dan menggoda.

«Kak Alya nakal! Adek udah mau keluar.. kaak!»

«Terus deek.. entotin kakak dek.. teruss..» kak Alya terus menggodaku sampai akhirnya aku muncrat dan menekan otongku kuat-kuat ke belahan pantatnya yang montok dan putih itu dibalik celana pinknya hingga basah oleh pejuhku. Setelah membuang semua pejuhku ke pantat kak Alya, aku ambruk di punggungnya sambil sesekali meremas-remas susu kakakku.

«Udah dek? Udah hilang kan pusingnya?» kak Alya bertanya setelah membantuku melampiaskan hal yang tak tertahankan. Kakakku benar-benar nakal. Selalu membawaku mengkhayalkan yang tidak-tidak tentangnya.

«Hehe.. udah belum yah kaak?» candaku mengikuti gaya kak Alya.

«Ooh.. jadi adek mau lagii?»

«Iyah kak.. mau.. mau..» jawabku bersemangat. Aku lalu melihat kak Alya bangkit dari duduknya, sedang aku dengan setia menanti apa yang akan diperbuat oleh kakakku yang seksi ini.

«Lihat deek.. jangan ngedip yah..» kak Alya dengan gaya nakal seperti seorang striptease perlahan-lahan memelorotkan celana pendek pinknya.

Aku memandang dengan tertegun. Kak Alya memelorotkan celananya yang tidak memakai dalaman apa-apa lagi di baliknya. Bagian bawah tubuhnyapun terpampang bebas di hadapanku, adik laki-lakinya. Aku yang baru saja memuncratkan pejuhku pada kakakku mendadak penisku bisa mengeras kembali.

Aku bisa melihat dengan jelas bulu-bulu halus yang tumbuh di atas vagina kakakku yang tembam. Memang tidak sekali aku pernah melihat vagina kakakku sendiri entah di saat sengaja atau tidak. Tapi disuguhi seperti ini aku merasakan sensasi yang sangat berbeda. Kakakku sendiri sedang menggodaku, dan..

«Nih, pejuhin lagi celana kakak! Sekalian cuciin ya.. bau tuh pejuh adek, hihi..» kak Alya melemparkan celana bekas kupejuin tadi ke mukaku.

«Iih! Kakak! Main lempar ke muka aja!» teriakku kesal. Dia hanya tertawa, lalu berlenggang dengan santainya keluyuran di dalam rumah dengan kondisi seperti itu tanpa memakai bawahan sama sekali, hanya memakai tanktop saja.

Sungguh pemandangan yang membuat penisku kembali ngaceng maksimal. Untung saja hanya aku yang melihatnya, tak dapat ku bayangkan bila ada orang lain yang melihat kondisi kakakku seperti sekarang ini. Untuk seorang kak Alya yang dikenal sopan, ramah, baik dan selalu memakai jilbab bila di luar rumah, tentunya akan menjadi hal yang sangat berlawanan dengan apa yang sedang dilakukannya sekarang.

«Permisii! Sedekahnya Paak.. Buu. » tiba-tiba terdengar teriakan orang peminta sumbangan di luar rumah kami.

«Adek! Ada yang minta sumbangan tuh..»

«Iya, aku juga denger kali kak..» dari yang kudengar sepertinya seorang bapak-bapak tua yang berdiri di luar pagar rumah kami.

«Sana gih kasih sumbangan ke Bapak itu dek..» kak Alya menyuruhku keluar untuk memberi sumbangan.

Melihat kondisi kak Alya yang hanya memakai tanktop putih dan tak memakai bawahan apa-apa, serta aku yang masih memegang celana pendek kak Alya, tiba-tiba terbesit pikiran iseng untuk kakakku.

«Gak ah! Kak Alya ajah yang kasi sumbangan, hehe..» tantangku iseng ke kak Alya. Aku sungguh penasaran kalau memang kak Alya mau menerima tantanganku untuk memberi sumbangan ke Bapak itu tanpa mengenakan bawahan apa-apa.

Walau dibatasi oleh pagar yang tingginya seatas dadaku kak Alya, tetap saja membayangkan kakakku yang bening dan putih itu menemui bapak peminta sumbangan itu membuat darahku berdesir dan tubuhku panas dingin.

«Hmm? Gak pake celana kayak gini dek? Huhu.. Adek pengen liat yah kakak cuma pake ginian nemuin bapak itu diluar?» tanyanya dengan lirikan menggoda.

«Adeek.. liat kakak yah.. kakak penuhi lagi fantasi adek.. hihi..» seraya kak Alya membuka pintu depan sambil berekpresi imut dengan mengedipkan sebelah mata dan menggembungkan pipi satunya. Aku hanya bisa memegang otongku yang mulai mengeras melihat tubuh seksi kak Alya dengan aurat yang terbuka bebas pada bagian bawahnya.

Kak Alya yang selalu berpakaian tertutup dan memakai kerudung, kini akan menemui orang asing dengan vagina dan paha terpampang kemana-mana. Ugh, kak Alya benar-benar nakal!

Aku lihat kak Alya melongokkan kepalanya keluar saat pintu depan dibuka, kelihatannya dia sedang melihat-lihat apakah suasana di luar sedang ramai atau tidak. Sedangkan aku, masih saja terus asyik memperhatikan bagian belakang tubuh kakakku.

Sungguh beruntung aku sebagai adeknya bisa melihat semua ini, bahkan cowok kak Alya saja kurasa tidak pernah melihat kondisi kakakku seperti sekarang ini. Yang mana sebentar lagi kak Alya akan keluar memberi sumbangan kepada peminta-minta, dengan hanya mengenakan atasan tanktop saja! Ugh, membayangkannya saja sudah membuat kepala atas dan bawah terasa panas dingin, aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti.

«Adeek.. liatin kakak yah.. Hihihi..»
Kak Alya yang selesai memperhatikan keadaan sekitar segera berjalan keluar, melewati teras rumah, dan langsung menuju ke pagar rumah kami!

Aku memperhatikan dengan tegang dari balik pintu yang sengaja sedikit kubuka untuk mengintip. Kak Alya benar-benar keluar cuma pakai tanktop putih saja. Tidak memakai bawahan apapun sama sekali.

Kak Alya berani banget! Bener-bener nakal nih Kak Alya. Mana jalannya pakai lenggak-lenggok sambil sesekali menoleh ke arahku dan mengedipkan matanya. Entah Pak Tua itu melihat atau tidak, karena dari yang kulihat, tinggi badan Pak Tua itu hanya sedikit di atas batas atas pagar rumah kami.

Untungnya sisi tengah pagar kami ditutupi plastik fiber berwarna gelap, jadi badan bawah kak Ochi tidak terlihat jelas. Sepertinya.

«Iya Pak.. ada yang bisa saya bantu?» suara kak Alya merdu banget saat menyambut orang itu dari balik pagar. Orang tua berpakaian kemeja putih dan membawa map.

«..Ehm.. Eh, iya non.. anu.. maaf mengganggu.. saya dari Yayasan Penampungan Anak-Anak Terlantar, non.. Adapun kedatangan saya untuk meminta sumbangan dari si non.. seikhlasnya..» si Bapak peminta sumbangan itu yang berbicara dengan bahasa sok rapi mendadak gelagapan melihat kak Alya.

Siapa sih yang tidak salah tingkah melihat kak Alya? Apalagi kak Alya kini mengikat rambutnya dengan mengangkat kedua tangannya, hingga otomatis dadanya terlihat membusung maju kedepan. Kakakku seakan sengaja memberikan pose dan tontonan gratis bagi Orang itu.

«Panggil Alya saja Pak..»

«Oh iya.. non Alya.. hehe.. sampai lupa memperkenalkan diri, nama saya Pak Amin..»

«Pak Amin, Alya nyumbangnya berapa yah?»

«Aduh non Alya.. berapa ajalah kalau dari si non, seikhlasnya.. ini sih, demi anak-anak terlantar juga non.. hehe..» jawab orang tua itu cengengesan, terlihat kumisnya yang mulai ubanan melebar tersungging. Dasar muka mesum! Matanya mulai jelalatan kemana-mana ngelihatin kakakku ini.

«Berapa aja atau apa aja nih Pak? Hihihi..»

Sambil sekilas melirik kearahku kak Alya bertanya padanya dengan menyilangkan kedua tangannya dibawah dadanya sehingga 2 susu kak Alya yang hanya terbalut tank top putihnya seperti mau menyembul kedepan.

Gila kak Alya, berani amat mamerin susu dan cetakan pentil di depan orang itu. Baru saja aku memuntahkan pejuhku, kini sudah ada dorongan lagi untuk onani. Aku benar-benar tak tertolong.

«Hah? Anu neng.. eh, non.. berapa aja juga boleh.. kalo apa aja juga boleh kok, hehe» senyumnya makin lebar tuh orang. Pasti isi kepalanya udah terisi dengan bayangan yang engga-engga tentang kakakku..

«Hihi.. ya udah, yang berapa aja dulu deh Pak. Ini Alya mau sumbangin lima puluh ribu.. tapi Alya adanya uang seratusan Paak?» kata kak Alya yang sengaja memanja-manjakan suaranya. Kakakku ini ngapain sih!?

«Ooh.. sini Bapak tukarkan dulu deh.. kebetulan ada warung di dekat sini.. nanti saya kembali lagi ya..» tiba-tiba si Bapak itu sudah pergi untuk memecahkan uang kak Alya.

Aku dapat bernafas lega untuk sesaat. Sungguh melihat mereka tadi berdua ngobrol membuat perasaanku tak menentu. Bagaimana tidak? Orang tua peminta sumbangan diladeni oleh kak Alyaku yang bokong dan paha putihnya terpampang kemana-mana.

Aku sempat melihat si Bapak tadi agak menjinjitkan kakinya sesekali, entah ia tahu atau tidak kalau kak Alya tidak mengenakan apa-apa lagi dibawah. Entah bagaimana kalau kak Alya benar-benar bugil di balik pagar.

«Adeek!» kak Alya membuyarkan lamunanku. Kak Alya menoleh kearahku dengan tatapan nakal dan tersenyum genit.

Dengan sengaja tanpa melihat lagi keluar pagar, kak Alya tiba-tiba mengangkat tank top sampai keatas dadanya. Sambil menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri kak Alya memamerkan susunya kepadaku. Dua susu putih nan indah dan montok itu bergoyang-goyang.

Masih belum habis kagetku, Kak Alya kemudian mengangkat tanktopnya lagi sampai melewati kepalanya dan lolos dari tubuhnya, lalu disampirkan sembarangan di atas pagar. Kakakku benar-benar bugil! Hal yang tak kukira sebagai khayalan saja kini benar-benar terjadi! Ooh, kak Alyaku benar-benar mewujudkan fantasiku.

Masih dengan keadaan telanjang bebas, kak Alya bergaya imut dengan menempelkan telunjuknya pada pipinya yang digembungkan. Uugh! Kak Alya benar-benar imut, bikin aku gemes banget, tapi juga nakal. Adek sendiri dibikin tersiksa.

«Adeek.. Hihi.. ayo dek! Kocok yang kuat.. go go!» kak Alya memberi semangat padaku dengan gaya imutnya dan suara pelan mendesah sambil terus bergaya seksi di luar.

«Uugh.. Kak Alya.. kakak nakal banget sih.. aku jadi gak kuat nih kaaak..» aku meracau sambil mengocok kontiku. Tiba-tiba kemudian aku melihat kepala seseorang mendekati pagar rumah kami. Bapak tua itu sudah kembali! Tapi. kak Alya belum memakai tanktopnya.

«Ini non kembaliannya lima puluh ribu.. maaf yah, Bapak agak lama tadi.. Hah?» tiba-tiba orang tua itu seperti kaget. Walau hanya bisa melihat kak Alya sebatas pundak keatas, pastilah ada yang berbeda dari penampilan kak Alya.

«Ada apa Pak Amin? Hihi.. Pak Amin simpan aja yah kembaliannya..» jawab kak Alya santai. Sepertinya kak Alya tau kalau Pak Amin sadar ada sesuatu yang berbeda dari kak Alya.

«.. Eeh.. anu non.. uang saya.. eh, uang non Alya..» pastilah orang itu menyadari kak Alya yang tadinya kelihatan ada tali pundak tanktopnya, sekarang sudah tidak ada. Entah orang tua itu tau atau tidak, tapi melihat kak Alya tanpa tali pundak tanktop, kak Alya seperti sedang bugil di hadapan pria tua itu. Duh, kakakku ini, dia nggak takut diperkosa apa? Kak Alya bener-bener nekat.

Sambil mereka tetap mengobrol, si bapak itu mencoba untuk memajukan badannya mendekati pagar. Sepertinya dia mau mencoba melongok ke dalam dan melihat kak Alya secara utuh. Tapi kak Alya sengaja maju mendekat ke bapak itu sehingga bapak itu sungkan dan mundur lagi.

Aduh kak Alya. Aku antara rela dan tak rela kalau kak Alya sampai dilihat bugil olehnya, tapi kocokan di otong semakin kuat melihat kak Ayla meladeninya sambil tetap bergaya centil.

Saat kak Alya berposisi adak dekat dengan si bapak itu, mereka berbicara agak pelan. Aku tak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.

«Ya udah, Pak Amin simpan saja yah.. kan mereka lebih membutuhkan dibanding Alya»

«Anu non, hehe.. makasih banyak yah.. udah baik, ramah, cantik lagi si non, hehe.. aduh si non..»

«.. Eh, engga non.. ini.. saya kalau begitu mau pamit aja yah.. permisi non..» Pak tua itu sudah mau pergi.

«Hihi.. iya deh, kasian Pak Aminnya juga..»

«Hah?» aku dan orang tua itu sepertinya sama-sama kaget dengan tembakan langsung kak Alya.

«Pak Amin.. kebelet kan dari tadi? Hihi.. asal jangan dibuang sembarangan ajah ya Pak? Entar keinjek orang loh..»

«Eh.. iya neng..anu.. mari, bapak permisi..» si bapak itu dengan salah tingkah pergi meninggalkan kak Alya sendiri. Telanjang di luar di balik pagar. Setelah bapak itu pergi kak Alya yang masih berdiri di dekat pagar kembali menoleh kearahku.

«Adeek.. udah liatnya?» tanya kakakku dengan nada manja menggoda.

«Mau dikeluarin dek?»

«Mau banget kak, aku udah ga tahan nih! Uugh!» aku masih sambil terus mengocok menunggu kak Alya untuk kembali masih ke rumah. Tapi kak Alya masih gak beranjak juga dari tempatnya. Dia malah menyandarkan punggungnya pada pagar tempat kak Alya ngobrol dengan orang tua tadi.

«Sini donk dek. Masa kakak yang kesana sih? Emang adek ga mau ngeliat kak Alya telanjang di sini?»

Duh kak Alya. kakakku ini memang suka banget mancing-mancing kalau aku sudah tanggung begini. Akupun yang seperti orang bodoh segera bergegas mendatangi kak Alyaku yang seksi sambil masih membawa celana pink kak Alya yang belepotan pejuhku tadi.

«Kak.. kalau dikeluarin di dalam mulut kak Alya boleh nggak? Hehe» pintaku untung-untungan.

«Hah? Jangan donk. masa burung adek sendiri dimasukin ke dalam mulut kakaknya siih? Nakal nih adeknya. «

«Abisnya, kakak juga yang nakal, godain aku terus.. Ya kak.. boleh ya. Pleasee..» Sambil terus merayu aku pasang tampang memelas, siapa tahu berhasil. Walau dengan melihat kak Alya bugil di depanku seperti ini saja sudah bikin aku sangat tidak tahan. Hanya dalam hitungan detik bisa saja aku meledak dan muncrat kemana-mana lagi.

«.. Teruus.. nanti mulut kakak juga dipipisin sama pejuh adek? Gitu?» sambil dengan gaya centil menunjuk bibirnya merah imutnya yang dimanyunkan itu. Aku sudah hampir gila menahan ledakan otongku, tapi tetap terus ku tahan. Aku tak mau meledak duluan sebelum tercapai keinginanku untuk dilumat otongku oleh kak Alya.

«Uugh, kak Alya.. nakal niih.. boleh ya kaak?»

«Gak mau ah dek.. kalo ketelan sama kak Alya gimana dek?»

«Hihi.. kasian banget sih kamunya dek.. disini aja yah..» kata kak Alya kemudian berlutut di hadapanku sambil membusungkan dadanya di depan penisku yang sedang kukocok terus dari tadi.

«Didada kakak??» Ugh.

Sambil berlutut kak Alya melihatku dengan wajah sayu. Menunggu semprotan pejuhku ke dadanya.

«Bayangin deh dek. kalo Pak Amin tadi ngeliatin kakak telanjang kayak gini.. Hihi.. Kakakmu ini bakal diapain ya?»

«.. Uugh.. kakak pasti diperkosa.. apalagi orang tua itu pasti belum pernah liat cewek cantik dan seksi yang menggoda kayak kak Alya..» jawabku sambil terus mengocok kontiku.

«Gitu yah dek? Berarti kakak kandungmu ini bakal dientotin donk sama bapak-bapak tua itu dek? Hihi.. kebayang gak sih dek, kakak yang masih muda dan putih ini, ditindih sama bapak yang udah tua dan item itu?»

«Uugh! Abisnya kak Alya sih nakal!»

«Trus sambil kakak dientotin sama bapak itu, kakak bilang gini sama adek, ‘Adeek.. kakak dientotin nih sama bapak ini, katanya kakak mau dihamilin tuh dek.’ Hihihi. «

«.. Arrgh, kakak!» kocokanku semakin liar.

«Mana tadi kakak bilang sama bapak itu, dek.. kalau mau minta sumbangan uang atau pakaian datang aja lagi kesini, gitu dek.. apa kakak sumbangin diri kakak aja yah dek? Hihi..»

«Kak Alyaa! ARRGHH!»

«CROOOTS!» Semburan pejuhku muncrat mendarat di atas dada kak Alya. Sebagian muncrat sampai ke leher dan dagu kak Alya. Memang tidak begitu banyak seperti sebelumnya, tapi sensasinya onani di depan kakaku sambil membayangkan semua yang kak Alya ucapkan tadi membuatku masih tubuhku kejang dan bergetar walau sudah tak mengeluarkan pejuh lagi.

Sedang kak Alya dengan mata sayunya masih terus menatap wajahku yang baru saja dilanda setruman orgasme.

Sambil melap pejuh di dadanya dengan celana pink yang diambilnya dari tanganku, kak Alya mencolek sperma kentalku yang mampir di dagunya dengan ujung telunjuknya. Lalu dengan pandangan sayu, kak Alya melihatku sambil memasukkan ujung jarinya yang belepotan pejuh ke dalam mulutnya. Sungguh seksi kak Alyaku ini.

«Hoek! Gak enak! Nih.. buat nambahin kerjaan adek, cuci ampe bersih!» untuk kedua kalinya kak Alya melempar celananya yang belepotan pejuhku itu kemukaku. Mimpi apa aku harus mencium bau pejuhku sendiri, dua kali dalam sehari! Tapi kalau setelah ngecrotin kak Alya sih, aku mau-mau saja. Tapi tetap saja aku merasa risih dengan pejuhku yang mampir ke mukaku ini.

«Iiihh! Kak Alyaa!» Aku berteriak sambil mengejarnya sampai kedalam rumah karena melempar celana itu ke mukaku.

«Hahaha! Bersihin donk adek, udah ngotorin masa ga mau bersihin.. Hihi.. udahan ah ngejarnya.. capek tau» ujar kak Alya yang setelah dia kelelahan duduk di ruang keluarga dengan tetap bertelanjang badan.

«Kak. »
«Hmm? Apa dek?»

«Kakak serius tadi bilang ke bapak itu supaya balik lagi kalau mau minta sumbangan?» tanyaku yang masih penasaran.

«Umm.. iya dek.. emang kenapa?» tanya kak Alya balik dengan lugu, padahal aku kan tidak rela kalau dia kembali lagi, si Pak tua bermuka mesum itu. Berani-beraninya mau melongok kedalam pagar supaya bisa melihat tubuh polos kakakku.

«Ya ngga pa-pa sih kalo emang buat sumbangan.. tapi tampangnya itu, mesum..»

«Hihi.. iya tuh, kayak adek.. sebelas-dua belas sama si bapak tadi kalo dijejerin, hihi..» sialan nih Kak Alya, masa aku disamakan dengan bapak tua itu. Tapi siapa juga yang tahan kalo liat kak Alya seperti ini. Udah cantik, putih, seksi, telanjang pula.

«Ah! Kakak tuh sukanya godain aja!» aku pura-pura marah sambil maju dan memeluknya.

Seperti biasa kak Alya tertawa cekikikan dan merasa tidak keberatan sama sekali kuperlakukan seperti ini. Kakakku yang baik dan cantik. Kakakku yang seksi dan suka menggoda.

Tapi aku masih kepikiran satu hal. Ngapain sih kak Alya nyuruh orang itu kesini lagi? Apalagi yang ngajak orangnya kayak kak Alya, malahan dengan penampilan seperti tadi membuat si Bapak tua tadi pake ngintip-ngintip kedalam. Aku yakin tentu saja dia pasti akan datang lagi.

«Oiya dek.. tanktop kakak yang tadi kakak taruh di pagar kok ngga ada yah?»

«Kak. » panggilku.
«Hmm? Apa dek?»
«Malam ni tidur bareng lagi yuk. »
«Tidur bareng? Kamu udah ngantuk emangnya?»
«Belum sih kak. pengen guling-gulingan sama kakak aja sampai ngecrot, hehe»
«Huuu. ngecrot, ngecrot. enak aja! Kan kemarin malam adek udah bobok di kamar kak Alya?»

«Hehe.. iya sih kak, abisnya kebayang terus sama yang kemarin siang» Aku mengingat kejadian hari sebelumnya di mana kak Alya nekat menemui peminta sumbangan dengan telanjang badan. Walau hanya berdiri di balik pagar yang tertutup plastik fiber hitam, tetap saja apa yang dilakukan kak Alya membuatku tegang dan panas atas bawah. Itu saja baru berdiri di balik pagar dan masih di dalam halaman rumah kami, entah bagaimana kalau kak Alya sampai nekat bertelanjang badan sampai keluar rumah. Dan membayangkannya saja sudah membuat penisku menegang sangat keras hingga malamnya aku tak tahan dan mengerjai kakakku di kamarnya. Apalagi kalau bukan karena nakalnya kakak kandungku..

«Males ah! Bed cover sama celdam kesukaan kakak ampe kotor tuh belepotan peju kamu, awas ya ngga dicuci! Kakak ngga bolehin kamu ngecrot lagi.. huuu..» ledek kak Alya dengan gaya manyunnya yang imut itu. Oh, kak Alya.. Kenapa aku harus jadi adekmu sih kak?

«Kan adek udah janji bakal cuciin semuanya kak.. mau ya kaak. »
«Hihihi.. bolehin gak yaah?»

«Hehe, bolehin donk kaak?» tanyaku lagi. Aku betul-betul pengen pejuin kakakku yang cantik ini lagi seperti malam sebelumnya.

«Pikiranmu nyabulin kakak terus sih. hihihi»
«Hehehe. kakak juga siih..»
«Hmm. jam segini di luar rumah udah sepi kan yah, dek?» tanya kak Alya sambil senyum-senyum manis.
«Iya kak, kenapa?»
«Buka celana kamu, terus lihat kakak yah dek. » ujar kak Alya mengedipkan mata. Aku yang bingung dia mau apa hanya menuruti saja perintahnya, akupun membuka celanaku dan langsung memgang penisku yang mulai menegang di depan kak Alya.

Dengan senyum-senyum melihatku, kak Alya juga membuka celana legging ketatnya dengan perlahan di depanku, bagian bawah tubuhnya kini terbuka! Paha, pantat dan vaginanya yang tembam berbulu halus di atasnya terpampang bebas untuk dilihat. Semua kancing kemejanya juga dia buka sehingga buah dadanya jadi tergantung dengan bebas, tapi dia masih mengenakan jilbab!

«Nih dek. kakak kasih kamu bahan coli malam ini. nikmatin puas-puas yah dek» kak Alya dengan santainya berjalan ke luar rumah dengan kondisi seperti itu! Hanya memakai jilbab serta kemeja pink yang seluruh kancingnya terbuka. Susu kak Alya yang putih dengan puting coklat kemerahan bergoyang bebas kesana kemari. Kakakku betul-betul nakal. Akupun mengikutinya ke luar rumah sambil mulai mengocok penisku. Tapi tiba-tiba dia bilang.

«Adeeek. Lihat yah, sekarang kakak bakal keluar pagar nih. »
«Hah? Ke..keluar pagar, kak? Tapi kalau dilihat orang gimana?» tanyaku heran, tapi dianya malah hanya tersenyum manis, lalu melangkah dengan santainya keluar pagar, kak Alyapun berdiri di tengah jalan dengan kondisi seperti itu, yang mana kakak kandungku ini hampir bertelanjang bulat!

Badanku langsung lemas dan panas dingin melihatnya. Entah apa jadinya bila ada tetangga kami yang melihatnya. Jam segini lingkungan rumah kami memang sudah sangat sepi, tapi bukan berarti gak ada orang yang bakal lewat juga kan. Dan kocokan penisku juga makin cepat melihat pemandangan ini. Kak Alya yang hampir telanjang sedang berpose nakal di luar rumah kami.

Aku yang jadi cemas minta ampun dibuatnya karena tingkah binal kakakku ini. Berkali-kali aku celingak-celinguk untuk memastikan tidak ada orang yang lewat. Kak Alya sendiri malah mondar-mandir dengan santainya sambil sesekali melirik padaku, tersenyum manis dan juga berekspresi imut padaku. Sungguh bikin gemeeeeeesss.

«Adek. » panggilnya setelah beberapa lama dan mendekatiku kepagar rumah.
«I..iya kak?»
«Kakak sering bikin adek tersiksa yah?»
«Uhm.. Iya, kakak nakal..»
«Hihihi.. Kakak jahat donk sama adek?»
«Iya tuh.. Kak Alya selalu bikin burung aku sakit, pengen dicrotin terus tiap hari..»
«Kalo kakak jahat sama adek.. kakaknya dihukum donk dek?»
«Dihukum kak?»
«Iyah.. Sekarang kamu kunci kakak dari dalam yah. »
«Hah. »
«Iya. kunci kakak, kurung kakak di luar, 10 menit aja. hihihi. » katanya lagi melirik nakal. Aku betul-betul terkejut mendengarnya. Dia meminta aku menguncinya di depan rumah dengan busana seperti itu!? Meski cuma 10 menit tapi kan tetap sangat beresiko. Ini betul-betul di luar fantasiku! Kakakku betul-betul nakal!

«Tapi. kalau ada apa-apa gimana kak?»

«Hihihi, Gak tahu deh, mungkin kakak bakal diperkosa habis-habisan kali yah dek. Pokoknya apapun yang terjadi kamu gak boleh buka pagarnya sebelum 10 menit yah. kalau kakak sampai diperkosa ya gimana lagi, kakak cuma bisa pasrah aja. hihihi» hah? Aku sungguh dibuat lemas mendengarnya.

«Adek! Tutup deeeeeekk. dikunci!» ujar kak Alya yang segera menutup pintu pagar. Aku entah kenapa betul-betul menuruti perkataanya untuk mengunci pintu pagar. Sekarang kakakku terkunci di luar sana. Entah apa yang akan terjadi selama 10 menit dari sekarang. Jantungku berdebar dengan kencangnya. Kak Alya.

«Kak. masih di sana kak?» tanyaku dari balik pagar.
«Eh, adek! Jangan ngintip!» teriak kak Alya pelan saat aku mencoba mendekat ke pagar untuk dapat melihat apa yang sedang kakakku lakukan di luar sana. Aku memang tidak bisa melihat dengan jelas karena pagar rumah kami ditutup fiber plastik berwarna gelap.

«I..iya. tapi kakak baik-baik aja kan?» tanyaku lagi.
«Iyah. kenapa sih? Belum 1 menit juga. «

«Iya sih.. tapi kan. » Duh. entah kenapa 10 menit ini terasa sangat lama. Aku sungguh panas dingin di sini. Membayangkan kakak kandungku yang cantik jelita dengan kondisi nyaris telanjang bulat dan terkunci di luar sana betul-betul membuat aku belingsatan. Ugh.. kak Alya.

«Kamu sendiri sedang apa dek? Lagi ngocok yah?» ujarnya.
«Iya kak.. sedang ngocok. «

«Hihihi. Kocok terus yah dek. Kamu bayangin gih. kakak yang sehari-hari bila keluar rumah selalu dikenal sopan dan memakai pakaian tertutup, sekarang nyaris telanjang bulat dan terkunci di luar pagar»
«Ugh. kak Alya. «

«Aurat kakak kebuka semua kayak gini dek.. vagina kakak, susu kakak. tapi masih pake jilbab. Gak tahu deh apa jadinya kalau ada tetangga yang lihat, hihihi. «

«Duh kak. jangan sampai tetangga lihat kak.. udah dong kak. masuk yah. » ajakku lagi sungguh berdebar-debar, tapi penisku tetap tegang luar biasa sambil terus ku kocok-kocok.

«Kalau kakak teriak, kira-kira apa yang bakal terjadi yah dek? Hihihi»
«Hah? Kak. pliss. jangan!»

«Aw!» teriak kak Alya pelan yang kemudian tertawa cekikikan.
«Kak. jangan teriak-teriak!» Gila, aku sungguh panas dingin. Kalau sampai para tetangga terbangun dan melihat keadaan kak Alya, entah apa yang akan terjadi.
«AAWW!» Teriaknya lagi lebih keras.
«Kak. please. jangan. »
«AAAAAWW!» teriaknya semakin keras. Sumpah! Jantungku mau copot rasanya.
«Kak. please stop. please. » Lututku betul-betul lemas.

«Hihihihi. iya deh iya. tapi dek. » ujarnya kemudian.
«A..apa kak?»

«Kayaknya ada yang datang deh. »
«Hah?? kak. masuk kak! Aku buka yah pagarnya. » tawarku cemas.
«Jangan dek. udah kakak bilang apapun yang terjadi jangan dibukain. dan jangan ngintip yah. » katanya memperingatiku.
«Tapi kan kak. » Jantungku betul-betul berdebar dengan cepat. Tapi terdengar kalau Kak Alya malah melangkah semakin menjauh ke arah jalan untuk melihat siapa yang datang. Duh. kak. jangan bikin aku mati lemas dong.

«Makin deket dek. adek. Makin deket!» Ujar kak Alya pelan dari kejauhan yang malah terkesan sangat antusias bila ketelanjangannya terlihat oleh orang lain, sedangkan aku di sini mati kecemasan. Nafasku tertahan. Apakah akan ketahuan. Oh. kak Alya.

«Hihihi. Cuma anjing lewat kok dek. » ujarnya kemudian menjawab rasa penasaranku. Fiuuuuuuuuuuuuuh. lega mendengarnya.

«Udah. kamu masuk gih ke dalam rumah. masih lama lho 10 menit» ujarnya yang terdengar semakin menjauh dari pagar rumah.

«Kak. kak Alya! Kakak mau ngapain? Jangan jauh-jauh kak!» teriakku tertahan.
«Kakak mau. pipis. » ucapnya centil.

«Hah? Pipis. » Gila! Kak Alya mau kencing di luar sana. Tak lama kemudian terdengar suara air mengucur di sebelah sana. Sepertinya di seberang jalan, kalau gitu berarti kak Alya. pipis di depan rumah tetangga kami! Rumahnya Pak Haji Somad!
Lemas rasanya badanku. Ini semakin melebihi fantasiku. Bahkan belum 5 menit. Oh. apakah yang akan terjadi selanjutnya.

Aku sungguh tidak mengira kakakku akan senekat itu. Entah apa yang terjadi bila keluarga Pak Somad melihat kelakuan kak Alya, kakakku yang mereka kenal sangat sopan, kini sedang pipis sembarangan di depan rumah mereka. Tapi sepertinya yang aku takuti itu tidak terjadi, mudah-mudahan juga tidak meninggalkan bau pesing besok paginya. Sekarang aku hanya bisa berharap agar kakakku segera kembali ke rumah.

«Kak. kak Alya!» teriakku pelan berusaha memanggil kakakku.
«Dek. kamu kok masih di sana aja sih? Masuk gih ke dalam rumah» suruhnya yang terdengar kembali mendekat ke arah pagar.
«Terus kakak mau ngapain lagi? Udah dong kak. masuk please. » bujukku.
«Hihihi. kamu ini. Kan belum 10 menit dek. «

«Kak. please. udahan dong. » bujukku terus. Aku betul-betul tidak kuat. Kakak kandungku yang cantik ini terkunci di luar sana sendirian dengan kondisi busana yang sangat sembarangan. Aku tidak yakin 5 menit selanjutnya masih akan tetap aman seperti sebelumnya. Apa aku buka saja yah pagarnya dan menarik kak Alya masuk ke dalam? Seharusnya memang itulah yang mestinya aku lakukan, tapi entah kenapa aku malah terus membiarkan aksi kakakku di luar sana, malah aku sambil terus mengocok penisku pula. Penisku dari tadi tegang bukan main melihat dan mendengar aksi-aksi nakal kakakku. Aku tidak menyangka kalau kakakku sebinal ini.

«Kak. udah 10 menit nih. » ujarku berbohong karena aku ingin kakakku segera menyudahi aksinya. Aku sangat takut kalau ada orang yang akhirnya memergokinya.
«Hihihi. bohong kamu dek. »
«Be..benar kok kak. »
«Kakak kan bawa hape dek, belum 10 menit kok.. dasar adek tukang bohong, udah mesum pembohong lagi, hihihi» jawabnya cekikikan. Sial, ternyata dia bawa hape, aku gak merhatiin hal itu dari tadi.

«I..itu. tapi. masuk aja deh kak. »
«Kamu deg-deg kan yah dek? Sama, kakak juga kok. Tapi kan kamu jadi ada bahan buat coli dek, hihihi» jawabnya santai. Ugh. kak Alya baik amat, tapi gak perlu sampai sejauh ini juga kali. Walaupun fantasiku memang dibuat melambung tinggi sih karenanya.

«Dek, kamu bawa hape nggak?»
«Nggak kak, kenapa?»
«Kamu ambil gih ke dalam»
«Untuk apa sih kak?»
«Udaaaaah. Kamu ambil aja gih. » suruhnya lagi. Dia mau apa sih? Tapi aku akhirnya masuk juga ke rumah dengan langkah cepat untuk mengambil hapeku.

Baru saja aku masuk ke dalam kamarku ternyata hapeku berbunyi. Kak Alya! Ngapain sih dia nelepon-nelepon segala? Aku yang penasaran segera mengangkat hapeku.

«Kak!» sahutku cepat di telepon.
«Hai adek. » sahutnya balik dengan irama merdu seperti tidak terjadi apa-apa.
«Ada apa sih kak? Kok pake nelepon segala. »
«Hmm. kamu ngawasin kakaknya lewat telepon aja yah dek. pokoknya kamu di dalam rumah aja terus»
«Hah?? Enggak ah. aku mau temenin kakak di depan pagar, kalau perlu aku tarik kakak masuk ke dalam!» jawabku tegas.

«Kakak udah jauh nih dek. udah di depan rumahnya Buk Rahma» Jdar! Jantungku rasanya mau meledak mendengarnya. Di depan rumah Buk Rahma? Berarti kakakku sudah di ujung jalan! dengan kondisi pakaian seperti itu?? Ugh. kak Alya.
«K..kak. » panggilku lemas.

«Tenang aja. teleponnya gak bakal kakak tutup kok. Jadi adek bisa tahu apa yang terjadi. Kalau misalnya teleponnya terputus, itu artinya kakak udah diculik dan diperkosa dek, hihihi» Hah? Santai banget kak Alya berkata seperti itu. Aku yang jadi lemas mendengarnya.
«K..kak Alya. «

«Udah. kamu sedang di kamar kan? Baring aja gih di tempat tidur sambil terusin ngocokmu. Cukup bayangin aja kakak sedang ngapain. Asal kamu nggak ketiduran aja yah. Ntar kakak terkunci semalaman dong di luar, hihihi» ujarnya sambil cekikikan pelan. Ugh. ngebayangin kakakku semalaman terkunci di luar sana makin membuatku panas dingin. Seharusnya aku mengejar kakakku dan menariknya masuk, tapi aku malah menuruti omongannya untuk berbaring di ranjang sambil mengocok penisku.

«Kak. dimana?» tanyaku setelah beberapa saat kemudian.
«Hmm. hampir tiba dekat mini market dek, masih buka ternyata mini marketnya. Kamu mau kakak beliin coklat nggak dek?»
«Hah?? Nggak! Putar arah dong kak!»
«Hihihi.. iya iya. bercanda kok. nih kakak putar arah» Duh, kakakku ini. Bikin jantungku berdebar terus. Entah apa jadinya kalau kak Alya beneran belanja di sana dengan busana begituan.

«Eh, dek! Kayaknya orang yang jaga di dalam mini market ngeh deh dek!»
«Ah, serius kak!»
«Kalo orangnya nyusul kakak kesini gimana donk dek? Mana kakak cuman pake kayak gini.. ehmm, ternyata kakak putih banget yah dek? Hihihi..»
«Aarghh, kakak jangan nakal donk! Balik donk kak!»
«Hihihi.. iya adekku.. panik amat sih, paling dia juga ngira ngeliat hantu..»
«Iya, kalau hantunya kayak kak Alya pasti malah dikejar..»
«. terus kak Alya diperkosa deh.. kalau dia panggil temen-temennya kesini semua, gimana donk dek? Ada hantu cantik diperkosa rame-rame lho dek. »
«Ugh! Aku bakal susul kakak kesana, aku bakal..»
«Ngga usah adek! Adek cukup dengerin suara kak Alya lagi diperkosa lewat HP ajah.. Hihihi..»
«Aduh, cepet pulang donk kak!»

«Iya iya.. Dek, kamu pengen kakak bugil total atau terus dipake aja jilbab dan kemejanya?» tanyanya kemudian.
«Eh. di..dipake aja kak!» jawabku. Sebenarnya aku nyuruh dia tetap memakainya supaya gak jelas amat kalau kakakku sedang telanjang bila terlihat orang dari jauh. Walaupun tentunya aku gak berharap kakakku benar-benar akan terlihat oleh orang.

«Kak. » panggilku karena suasana sempat hening beberapa saat.
«Iya. »
«Lagi dimana sih kak? Buruan balik gih. udah hampir 10 menit nih. jangan bilang kalau mau nambah!?»

«Nggak kok. ntar kamunya betul-betul jantungan lagi, hihihi»
«Ya udah, buruan balik kak. »
«Iya iya. » Ugh, akhirnya. Aku betul-betul tersiksa di sini. Awas saja! Akan ku pejuin dia! Sambil dia berjalan balik ke arah rumah, kami terus ngobrol. Aku sengaja tanya-tanya terus dia lagi dimana untuk memastikan kalau kak Alya baik-baik saja. Akhirnya kak Alya berkata kalau dia sudah di depan pagar, teleponpun dimatikan. Aku segera bangkit dari ranjang dan menuju ke luar untuk menjemput kakakku.

«Kak. aku buka yah. » kataku dari balik pagar bersiap membuka kuncinya.
«Eh, belum pas 10 menit kan. masih ada 1 menit lagi nih. pokoknya harus pas 10 menit kamu kurung kakaknya di luar!» Duh, kak Alya.

«lima puluh detik lagi dek. »
«Kak. aku buka aja yah. »
«Jangan. 40 detik lagi kok dek. Hmm. dek, kayaknya ada tukang nasi goreng ke arah sini deh. »
«Hah??»
«Iya. tukang nasi goreng ke arah sini»
«A..aku buka pagarnya yah kak!»

«Belum adeeeeek. 30 detik lagi. » kakakku ini apa-apaan sih?? Apa dia gak takut apa!? tapi akupun lagi-lagi menurutinya saja untuk tidak membuka dulu kunci pagar.

Tic toc tic toc.. Ugh. ini betul-betul 30 detik terlama dalam hidupku.
«Dua puluh detik lagi dek. tukang nasi gorengnya makin deket dek. makin deket!» ujarnya pelan.
Ugh. kak Alya.

«10 detik lagi yah dek. Eh, kayaknya dia ngelihat kakak deh dek.. jalannya makin cepat ke sini»
«Hah??»

«Pokoknya jangan buka dulu!» ujarnya cepat seakan tahu isi pikiranku. Aku gemetaran di dalam sini, badanku lemas, jantungku berdebar tidak karuan.
«Udah dek! Buruan buka!» teriak kak Alya. Dengan secepat kilat aku buka buka kunci pagar dan menggeser pagar. Kak Alyapun segera masuk ke dalam dan jongkok bersembunyi di balik pagar sambil menahan tawa. Tidak lama kemudian tampak tukang nasi goreng itu lewat di depan rumah kami. Tepat waktu! Sungguh-sungguh tepat waktu! Kak Alya. kamu bikin aku jantungan!

«A..ada apa pak?» tanyaku pada tukang nasi goreng itu karena berhenti di depan pagar rumah kami.

«Itu. Kayaknya tadi ada cewek yang masuk ke rumah yah dik? Pake jilbab gitu. bapak pikir tadi dia mau beli nasi goreng» jawab bapak itu dengan wajah bingung celingak- celinguk berusaha melihat ke arah rumah kami. Aku melirik ke arah kak Alya yang berjongkok bersembunyi di sebelahku. Kak Alya menempelkan telunjuknya ke bibirnya dengan ekspresi imut, tanda supaya aku jangan ngomong apapun ke bapak itu.

«Eh, nggak kok pak. bapak salah liat mungkin» kataku pada bapak itu.
«Oh. iya juga kali yah.. Mana kayak ngga pake bawahan lagi, ngga mungkin lah ya dik?»

«Iya pak. mana mungkin, hehehe» padahal emang benar! Untung saja tepat waktu. Kak Alya sungguh nakal.

Akhirnya tukang nasi goreng itupun pergi, walau masih sempat melongok kesana sini, jangan-jangan nih tukang nasi goreng yakin dengan apa yang dilihatnya. Tapi paling tidak Aku bisa bernafas lega sekarang. Kak Alya yang kini berdiri melihat kepergian tukang nasi goreng itu tertawa dengan lepasnya. Duh. kakakku ini.

«Hihihihihi. hampir aja yah dek. »
«Kak Alya nekat! Kalau ketahuan gimana coba?»
«Ya kakakmu pasti diperkosa sama dia kayaknya dek, hihihi» ujarnya sambil berlari kecil masuk ke dalam rumah. Sungguh bikin gemes! Segera ku kejar dia ke dalam. Ku peluk dia, dan ku jatuhkan ke atas sofa.

Aku cium kakakku yang cantik ini sejadi-jadinya, sampai-sampai kami jatuh terguling menggelinding ke karpet. Kak Alya hanya tertawa geli menerima perlakuanku. Ku peluk erat kakakku sambil pinggulku ku goyang-goyangkan sehingga penisku bergesekan di pantat bulatnya. Dia harus kena pejuku!

«Kakak nekat banget. kak Alya nakal. » erangku sambil makin mempercepat gesekan penisku di belahan pantatnya.
«Ngh. tapi kamu suka kan dek. sshh. pelan-pelan. »
«Ugh. kak Alya. «

«Kamu bayangin gih dek, kalau misalnya kakak tadi ketahuan, si bapak tadi langsung nindih kak Alya dari belakang»
«Uugh.. Kak Alya. »
«Terus dengan kontol itemnya, kakak kandungmu ini dientotin gila-gilaan sama bapak itu»
«Kakak..»
«Bayangin deh, kakak dientotinnya sambil tetap make kemeja dan jilbab ini dek. hihihi»

Gak kuat lagiiiiiiii.
«Croooottttttttt» pejuku muncrat-muncrat berhamburan di pantat bulatnya yang putih dan montok. Badanku langsung lemas dibuatnya. Akupun terengah-engah ambruk menindih tubuhnya. Malam ini sungguh menegangkan. Yang awalnya hanya membayangkan saja kalau kak Alya bertelanjang keluar rumah, malam ini kak Alya benar-benar mewujudkan fantasiku.

«Dek..»
«Ya kak?»
«Lain kali coba semalaman yuk. »
«Hah?? Nggak!»

Cerita Cewek Eksibisionis

Kumpulan Cerita Cewek Eksibisionis

Alya: Petualangan Kakakku 13

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

Aku mengikuti kak Alya dan teman-temanku ke kamar mandi. Aku sudah benar-benar tak berdaya. Sebelumnya aku melihat mulut kak Alya dijejali penis oleh Dado dan membuat kak Alya menelan semua spermanya, bahkan kak Alya melakukannya dengan suka rela dan tampak menyukainya.

Hal yang lebih gila lagi adalah ketika kak Alya menerima panggilan telpon dari Papa, dia tetap berbicara ketika sedang dikerjai oleh Dado. Bahkan sempat-sempatnya mengucapkan kalimat-kalimat yang tersirat mesum, untung saja Papa tidak tahu. Kini kak Alya sedang menuju ke kamar mandi diikuti teman-temanku. Saat kak Alya sudah masuk ke kamar mandi, teman-temanku berebutan ikut masuk juga ke dalam yang ruangannya pasti tidak begitu luas. Pintupun tertutup. Terbayang betapa sempitnya untuk diisi sebanyak lima orang yang pastinya akan saling berhimpitan dan bergesek-gesekan tubuh mereka di dalam sana.

“Kak Alya, tunggu! Ikut donk kak.. please..” pintaku penuh memelas dengan sedikit malu.

“Adeek.. kak Alya juga pengen sih dek. tapi kamar mandinya sempit banget nih. Lagian ngapain sih teman-teman adek pada ngikutin kakak? Duuuh, jadi sempit banget deh..” jawab kak Alya mengeluh tapi malah dengan nada manja dari dalam sana.

“Ah bisa aja lo kak. bukannya udah kangen nungguin kontol kita-kita dari tadi yah? Kayaknya demen tuuuh. hahaha!” ledek Dado ke kak Alya yang membuat hatiku panas mendengarnya.

“Iiih, siapa juga yang nungguin. udah item, kotor, bau lagi, dasar jorok, engga pernah mandi yah? Sana jauh-jauh, hihihihi. ”

“Makanya mandiin kita-kita donk kak, biar kak Alya makin suka mainin kontol kita berempat, iya ngga bro? Hehehe. ”

“Awww! Eh, Feri kurang ajar deh pegang-pegang kakak, udahan aaah, geli tau! Yantooo! Apaan sih gesek-gesek, kakak gak mau lho ampe masuk yah? Kakak udah janji ama Aldi loh. awas yah!” kudengar cekikikan mengingatkan mereka.

“Iya loh bro, jangan apa-apain kak Alya, entar Aldi marah. Lagian kak Alya kan biasa pake pakaian sopan sehari-harinya, malu donk lo semuanya!” Yanto terdengar nimbrung sok membela kak Alya.

“Cie cieee. kampret lo ah bro!”
“Hehehe. becanda gue brooo. Dikit aja yah kak. ” ucap Yanto yang ternyata cuma menggoda kakakku saja. Apakah ia sedang mau menyelipkan batang kemaluan sialannya itu di vagina kakakku? Ugh, aku benar-benar seperti orang bingung di luar sini, antara tak rela dan ingin melihat kejadian di dalam.

“Udah aaah. jangan, gini aja yaaah. hihihi”
“Kayaknya nih bro, Aldi konak denger kakaknya kita kerjain kayak gini! Pinjem bentar gak papa kan brooo? Hahaha!” Bono malah meledekku yang menurutku lebih seperti sebuah penghinaan.

Mendengar mereka menertawakanku aku hanya bisa menundukkan kepala karena malu. Pintu kamar mandi yang tertutup juga terkunci dari dalam. Aku tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana. Kak Alyaku yang cantik dan putih bersih, mau saja dikelilingi empat remaja jelek dan mesum dalam satu kamar mandi. Tapi malah membuatku benar-benar ingin melihat apa yang mereka lakukan terhadap kak Alya. Sampai-sampai aku setengah mengutuk diriku sendiri karena otongku sudah mengeras berdiri tegak melawan kewarasanku, padahal kakakku sedang dilecehkan teman-temanku sendiri.

Kudengar suara-suara terus menggema di dalam sana. Aku masih bisa mendengar apa yg mereka ucapkan. Mereka malah sengaja terus bicara supaya aku mendengar apa saja pelecehan yang mereka lakukan pada kak Alya.

“Geser dikit bro. nganggur nih, hehehe. asli nakal banget nih cewek, pengen donk punya satu kayak gini buat di kamar, hahaha!”

“Bener lo bro, tapi mending di tempat gue aja. gue khawatir lo rebutan ama bokap sama om lo, kan tampangnya sama kayak elo bro, produk mesum semua, ya ngga bro? Hahaha!”

“Ah lo semua, tinggal digilir aja tiap hari gantian. iya kan?”
“Repot-repot banget sih, tinggal nginep di sini aja tiap hari, beres dah, hahaha!” sambil bersahut-sahutan mereka merendahkan kakak kandungku akibat kenakalannya sendiri. Namun aku sebagai adiknya yang awalnya tak ingin kakakku diperlakukan demikian, malah jadi membayangkan apabila apa yang barusan mereka bicarakan benar-benar terjadi.

“Fuaah! Adeeek. dengar gak tuh dek? Emangnya kak Alya barang kali yah, pengen dipunyain sana-sini. bandel semua deh temen-temen adek. ”

“Yeee. masukin lagi donk kaaak. nganggur niiih!”
“Iiih, pada kurang ajar deh tuh deeek. masa kepala kakak ditarik-tarik. aduuh! Mmmmmmmhhh!” kak Alya mendadak seperti terbungkam.

“Cantik-cantik bawel juga yah kakak lo bro, hahaha! Terus bro, genjot yang kuat. dia suka tuh kayaknya, hehehe. ” entah apa yang merka lakukan pada kak Alya, tapi itu membuatnya tak bisa bersuara dan berkata-kata.

“Kak Alya! Mau masuk! Buka donk!” aku memanggil kak Alya dengan tidak memperdulikan yang lainnya. Tapi teriakanku sama sekali tak terdengar seperti orang marah. Melainkan tak berdaya. Tak berdaya karena tidak ada satupun yang mengijinkanku masuk untuk ikut melihat kenakalan apa yang sedang kak Alya alami lagi saat ini.

Sambil terus aku menggedor-gedor pintu itu, aku terus meminta supaya diijinkan melihat. Aku tidak lagi merasakan bahwa aku khawatir akan apa yang dialami oleh kak Alya. Tapi aku ingin melihat bagaimana seorang kak Alya menghadapi perlakuakn mereka yang kurang ajar. Dengan tak sedikitpun kak Alya merasa diperlakukan dengan tak senonoh.

Ditengah panggilanku pada kakak dengan merana, kudengar di dalam sana kak Alya masih cekikikan dengan suara air yang sedang digayung dan disiram-siram dari bak mandi sehingga suaraku tenggelam diantara suara-suara mereka dan air di kamar mandi. Aku berharap setelah ini mereka selesai dan keluar dari kamar mandi. Tapi yang kudengar setelah acara siram-siraman itu malah hanya hening.

“Kak Alya!” panggilku tak ada tanggapan.

“Kak! Kakak lagi diapain?” terdengar jelas pertanyaanku bukan karena khawatir, melainkan penasaran karena sudah terbawa hasrat birahi ingin tahu adegan apa yang sedang berlangsung saat ini. Bahkan aku tak sadar sejak kapan aku sudah memelorotkan celanaku.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Tenang aja broo! Nih kak Alya lagi kita kasi asupan bergizi.. hehe..” kini terdengar suara Bono.

“Lagian nih kakak lo tercinta mau-mauan aja loh bro.. gue yakin lo udah pernah kan bro disepong kakak lo? Eeeghh. anget bener nih mulut kakak lo, lacur bener! Ampe kontol kita berempat dah bau ludah aja masih mau diisepin lagi!” kekurangajaran Yanto dalam menjelaskan detil kenakalan kakakku kini malah hanya memperparah hasratku untuk membayangkan kakakku yang tengah dilecehkan mereka saja. Kak Alya sudah benar-benar hanya seperti objek pemuas saat ini.

“Fuaaahh! Udahan yaaah. pegel nih rahang kakaak. Adeeek, temen-temen adek bandel banget deh, pada ngocok semua di depan muka kakak. Kakak dipaksa mangap buat nampung susu kental temen-temen kamu loh. tapi kalau bergizi buat kakak boleh kan dek? Hihihi..”

“Aaarghh, kak Alya pereek! Lonte! Perempuan nakaal!” teriakku sambil melepaskan muncrat pejuh yang hanya mengotori pintu kamar mandi dan lantai saja. Dimana sebenarnya aku juga ingin mengotori kakakku sendiri dengan pejuhku seperti biasa. Malah saking pasrahnya, aku malah sedikit memberi kerelaan pada teman-temanku untuk mengerjainya, asalkan aku diijinkan melihat kakakku yang tengah menikmati ketika digagahi, entah oleh siapapun itu, termasuk mereka. Aku benar-benar menyerah pada kesadaranku. Setelah ejakulasiku meledak, semua terasa hening sesaat.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, dan kak Alya keluar dari dalam kembali menggunakan seragam lusuh kepunyaan Dado karena kak Alya tidak membawa handuk tadi. Tapi dengan rambut basah tergerai dan juga seragamnya yang mencetak tubuhnya karena juga basah justru membuat kak Alya semakin tampak seksi. Bahkan saat keluar kak Alya sempat melemparkan senyum sambil bergaya seperti kedinginan di depanku. Dengan spontan aku ingin memeluk kakakku yang menggemaskan itu, sampai akhirnya keempat temanku muncul menyusul kakakku hingga mengurungkan niatku. Walau sudah mandi tetap saja mereka seperti bulukan.

“Waduh broo, jangan lupa aja ya dilap tuh pejuh, bahaya orang kepelset di kamar mandi bro.. hehe” Ujar Feri membuka omongan.

“Iya bro.. ga safety kata orang lapangan, hahaha!” setelah meledekku mereka pergi meninggalkanku sendiri di depan kamar mandi. Sedang mereka semua pergi meninggalkanku begitu saja, seolah-olah tidak ada yang menarik dari hal yang aku lakukan di depan mereka. Bahkan ketidak berdayaanku membuat mereka menjadi semena-mena di rumahku sendiri.

“Eeeh! Nakalin Aldi kakak gak mau mainan lagi sama kalian yaah. ”
“Hehehe, becanda kok kaaak, iya kan broo? Tapi kita mah, yang penting kak Alyanya udah sehat minum asupan bergizi dari kita berempat,hahaha!”

“Iya loh kak. apa mau mulut yang lain kita kasi susu bergizi dari kita-kita nih kak? Hehehe. ”

“Hush! Ngentot donk namanya. Hihihi, gak boleh loh sama Aldi, iya kan dek? awas loh yah pada coba-coba. ”

Mendengar kak Alya mencoba menepati janjinya agak membuatku sedikit lega. Walau aku teringat ketika awal kak Alya mulai terlihat nakal di depanku, yang awalnya hanya eksib akhirnya bobol juga oleh orang-orang yang tak jelas. Entah apa lagi yang akan mereka lakukan pada kakakku.

Hari sudah sore menjelang magrib. Acara nikahan siang sudah terabaikan, bahkan untuk seorang kak Alya kini lebih memilih membersihkan penis-penis kotor dari keempat temanku dari pada hadir ke acara pernikahan anak teman papa. Kakakku benar-benar lonte.

Yang aku ingat adalah, mereka berencana menginap malam hari ini..

Setelah kejadian sore tadi, aku yang masih merasa lemas tak berdaya hanya bisa duduk di sofa ruang tengah. Entah sebenarnya aku memikirkan ketakberdayaanku terhadap teman-teman yang melecehkan kakakku. Atau karena aku juga menginginkan apa yang teman-temanku rasakan ketika melecehkan kak Alya. Terlebih lagi, kak Alya justru menikmati dirinya dilecehkan sehabis-habisnya oleh mereka.

Kakakku yang dilecehkan teman sendiri adalah hal baru bagiku, terutama bagi fantasiku. Tapi apapun yang dialami oleh kak Alya, semua akan menjadi list dalam fantasiku. Apakah aku mulai menikmati ketidak berdayaan ini selagi kakakku dihina, dilecehkan, bahkan direndahkan serendah-rendahnya oleh mereka. Bukan-bukan. Mungkin oleh siapa saja. Yang terutama seperti fantasi yang pernah kutunjukkan pada kak Alya melalui foto editan gambar kak Alya yang menunjukkan kak Alya sedang disetubuhi oleh orang-orang berkulit hitam dengan kontol yang besar dan panjang-panjang.

Akankah kak Alya mengijinkanku untuk menikmatinya bersama mereka juga?

Malam sudah tiba. Satu lagi acara pernikahan terlewati oleh kami. Kak Alya dari tadi dijadikan mainan oleh teman-temanku. Mainan mesum lebih tepatnya. Bahkan kak Alya masih disuruh mengenakan seragam dan celana dalam yang kini baunya sudah tak jelas lagi itu.

Mereka meminta kak Alya melakukan hal yang aneh-aneh. Seperti menyuruh kak Alya menelepon teman cowok kuliahnya yang ganteng sambil mengulum penis. Berganti temanku yang mengentoti mulutnya, ganti pula siapa yang ditelpon. Termasuk teman-teman kuliahnya. Hanya saja mereka tidak menelepon pacar kak Alya. Entah kenapa aku tak tahu.

Dan saat mereka sudah tampak puas, mereka lalu bilang, “ayoo.. sini kak.. saatnya makan dulu..”

Dan kak Alya pun menjawab dengan bercanda balik, “Huuuu.. gelo deh manggil kakak kayak peliharaan aja. Adeeek.. kakak mau dikasih mamam lagi tuh. ummmm, kamu mau liat gak? Hihihi. ”

Tiba-tiba terdengar suara penjual sate ayam akan melewati rumah kami.

“Yoi! Pas laper, pas benerr ada yang jualan.. Eh, cun! Gue bagi duit lo yak, hehe..” si Dado dengan kurang ajar main ambil duit di dompet kak Alya yang tergeletak di depan TV begitu saja.

Untuk sikap dia yang kebablasan ini, aku tak tahan melihatnya dan mendampratnya, “Eh, Do! Duit siapa itu? Lo kurang ajar banget sih maen ambil aja?” hardikku agak setengah matang sepertinya.

“Ya udah deh.. gue balikin.. jangan sewot donk, broo.. hehe..” Dado dengan mesem membawa kembali uang itu, tapi langsung menuju kamar kakakku. Aku tak tahu ada apa, tapi cukup lama ia berada di sana. Saat aku penasaran dan menyusulnya, kak Alya muncul disusul keempat temanku.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Adeek.. kasian tuh temen-temen adek belum pada makan.. dipanggil yah tuh abang..” seraya menyodorkan lembaran uang padaku.

“Ngga ah, enak aja.. udah seenak-enaknya mereka di sini, Aldi juga yang beliin makanan.. Mereka aja lah kak yang beli..” aku setengah dongkol dan kak Alya malah menyuruhku membelikan mereka makanan.

“Adeek.. kamu tau kan kak Alya baru aja dikasih makan sama temen-temen adek.. Kak Alya sampe kenyang lho, hihi.. Masa kita ga suguhin mereka makanan juga sih dek?” Kak Alya menjelaskan seolah itu hal yang lumrah. Memang sih ini namanya timbal balik. Tapi sate ayam plus lontong balasan dari pejuh? Mana dari mereka-mereka pula.

“Kenapa gak kak Alya aja?” kekesalanku kutuangkan sekalian dalam bentuk tantangan untuk kak Alya. Toh kak Alya sudah seharian bertingkah nakal dan liar.

“Jadii.. kakak nih yang keluar nemuin abang sate itu?” tanya kak Alya dengan nada seolah malah balik menantangku.

“.. Kak Alya berani keluar cuma pakai itu aja?” tanyaku balik lagi, dan jantungku berdebar kencang, entah kak Alya mau melakukannya atau tidak.

“Adek liat kan kakak cuma pakai ini aja? Adek sengaja nggak mau karena pengen liat kakak beli sate pake ginian di depan abang itu kan? Hayoo..” kak Alya menyerangku. Entah kenapa, aku jadi ingin melihat kak Alya melakukannya.

“.. Iya kak, pengen..” jawabku polos.

“Adek liat yah,apa sih yang engga buat kamu dek.. sebenarnya ada lagi siih yang sedang kakak pakai.. hihihi..” lalu kak Alya sambil mencubit hidungku ia berucap, “liat kakak yah..”

Apa lagi yang kak Alya pakai selain seragam lusuh dan celana dalam itu? Tak lama kak Alya keluar menuju teras dan memanggil tukang sate yang umurnya kira-kira setengah tua. Hanya dengan mengenakan pakaian itu, membuat paha putih kak Alya terpampang kemana-mana. Untung saja kak Alya membeli sate ayam itu dari balik pagar yang tingginya sedada kak Alya. Tapi kalau si abang benar-benar mendekat sampai ujung atas pagar, pasti si abang bisa melihat jelas paha putih kak Alya yang sangat mulus. Paha perempuan cantik yang sedianya kemana-mana selalu berpakaian tertutup dan berkerudung.

Sedang aku berdiri mematung di balik jendela ruang tamu, melihat kak Alya sedang beraksi. Di samping menunggu bakar-bakaran si abang selesai dibuat, aku lihat sesekali kak Alya menunduk sambil menutup mulutnya, lalu kembali melirik kearahku sambil tersenyum nakal.
Bahkan kali ini kak Alya mencoba membuka kancingnya satu persatu sambil berbicara dengan abang si penjual yang sedang sibuk memasak dan posisi gerobaknya tidak begitu jauh.

Kak Alya menghadap kearahku. Seluruh kancing seragam kak Alya sudah terbuka semua. Lalu dengan gaya nakal kak Alya perlahan-lahan membuka lebar kemejanya sehingga nampak buah dada kak Alya yang putih itu. Dua buah payudara yang ranum dan menggemaskan dengan puting mengacung tegak menunjukku. Kak Alya benar-benar nekat. Bagaimana kalau si abang itu melihat kak Alya berpose seperti itu?

Saat mendadak si abang itu mendekat entah untuk apa, kak Alya langsung cepat-cepat merapatkan tubuhnya ke pagar hingga dadanya tergencet pagar supaya si abang tak melihat dari tepi pagar. Untung saja pagarnya dilapisi fiber gelap.

“Satenya tadi berapa bungkus mba?”

“Lima bungkus deh pak, lagi rame nih kebetulan, hihihi.. ouughh..” kak Alya menjawab tapi terpotong. Kak Alya kulihat menundukkan wajahnya sambil memegang tepian pagar dengan kedua tangannya.

“Iya deh.. anu mba, mba ga papa?” tanya si abang khawatir.

Kak Alya hanya menggeleng sambil tersenyum saja. Ada yang aneh dengan kak Alya. Apa kak Alya masuk angin karena hanya berpakaian seperti itu seharian. Biasanya juga malah tidak berpakaian apa-apa.

“Woi bro! Hehe.. Serius amat liatnya. Liat apaan sih?” Dado datang mengagetkanku sambil ikut melihat keluar melalui jendela. Aku tidak menjawab pertanyaan si brengsek ini karena kesal.

“Kak Alya emang baik bener ya bro? Hehe.. Udah baik, cantik, putih bening lagi kulitnya.. ya ngga bro? Pasti semua cowok pada ngejar-ngejar kakak lo kan bro?” Dado mulai bertanya seolah ada maksud yang aku tak peduli.

“Gue yakin pasti semua pengen banget ngentotin kakak lo.. termasuk lo juga kan bro? Hehe, yakin gue..” Dado menebak dan memang tepat sasaran. Aku tak bisa bersembunyi lagi, karena buktinya saat kak Alya dientot mukanya, aku malah coli dan ejakulasi di depan kak Alya. Bahkan aku melakukan dua kali, di depan teman-temanku. Kak Alya…

“Bro.. lo suka kan gue panggil kakak lo lonte tadi? Hehe.. jangan salahin gue ya.. tapi emang kakak lo yang suka diapa-apain kayak gitu. Gue aja ngga nyangka kakak lo kayak gitu.. sorry nih ya bro, lonte banget..”

Aku seharusnya marah. Tapi aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku menyerah pada keinginan untuk melihat kakakku tercinta yang cantik ini diperlakukan tak senonoh oleh orang-orang yang kontras darinya. Tapi aku tak menyangka saja kalau ternyata akhirnya teman-temanku yang juga ikut melecehkan kak Alya.

“Bro.. nih bro, pegang deh..” Dado menyerahkan HPku yang diambil dari kamar kak Alya. Apa maksudnya?

“Telpon deh kakak lo.. hehe..” Dado meyuruhku menelpon kakakku?

“Buat apaan sih Do?” tanyaku merasa aneh.

“Lo coba aja.. tar lo ketagihan deh.. hehehe.. buruan lo, kelamaan nih.. pantes aja kakak lo keburu dipake ama orang-orang..” Dado mulai berkata kurang ajar padaku. Tapi karena penasaran, akupun mulai menghubungi kakakku. Nada tunggu lama tak diangkat dan terputus. Begitu juga untuk panggilan kedua. Sampai akhirnya aku sedikit demi sedikit mulai menyadari sesuatu.

Awalnya setiap kali kuhubungi kak Alya merespon dengan gaya tertunduk. Kukira dia akan mengangkat telpon yang mungkin saja dia pegang atau ditaruh disaku seragam terkutuk itu. Tapi tak ada satupun yang kak Alya terima. Kutelpon terus, dan kak Alya masih merespon dengan gerakan yang sama, terkadang menutup mulutnya. Tapi semakin kesini pegangannya pada pagar semakin erat.

Kak Alya terlihat kakinya seperti gemetaran, dan dilihat cepatnya naik turun gerakan dadanya, kak Alya terlihat bernapas seperti terengah-engah.

“Pada pake lontong semua kan mba?”

“Iya pak.. eeghh.. lontongin yah semua pak..” jawab kak Alya terlihat wajahnya memerah.

“Kalo pake lontong biar tambah kenyang sih mba..” Si abang menimpali dengan lugu.

“.. Eemmhh.. Bener Pak.. makin banyak lontongnya.. makin baguss.. Eeghh.. makin enak Paakkh..” pegangan kak Alya semakin kuat pada pagar.

“.. Eh.. iya mba.. Anu.. Iya.. makin panjang juga lontongnya makin enak ya mba?” si penjual mulai salah tingkah sambil coba-coba mulai nakal pada kakak..

“.. Uugh Pak.. makin panjang makin penuh di dalem perut Alya Pak.. Alya suka Pak, Uuhh..” Alya mulai meracau tak terkendali. Aku sepertinya tahu kenapa kak Alya jadi meracau begini. Aku hanya menoleh pelan ke arah Dado. Dado membisikkan ke telingaku bahwa ia memasukkan sesuatu kak Alya ke vaginanya, dan celana dalam Dado yang dikenakan kakakku menahan sesuatu yang dimasukkan Dado kedalam kak Alya supaya tidak jatuh.

Kini jelas, setiap aku hubungi, sesuatu di dalam kakak ikut bergetar. Dan tiap getarannya membuat kak Alya menggelinjang hebat. Kini aku seperti memiliki mainan baru dari Dado. Antara yakin tak yakin memperlakukan kakakku seperti ini. Tapi aku sungguh menikmatinya.

Kak Alya menggigit bibirnya dan dengan pelan menekan tubuhnya rapat ke pagar, seperti sedang menahan sesuatu. Semua itu kak Alya lakukan di depan si abang sate ayam yang hanya dibatasi oleh pagar. Dan yang terlihat dari kak Alya hanyalah wajahnya yang cantik bersemu merah karena horni berat, serta leher jenjang putihnya dan atas dadanya yang terlihat mengkal mengeras.

Aku sambil terus menghubungi kak Alya, mulai kugosok-gosok celanaku yang terasa sempit dari tadi.

“.. Ouugh. Pak.. lontongnya yang banyak yah. juga panjang-panjang. ” kak Alya mulai terlihat bergetar hebat sambil melihat si abang itu terus. Tiba-tiba kak Alya dengan satu tangan masih memegang erat pagar, mendorong tubuhnya menjauh dari pagar dan menutup mulutnya erat-erat dengan tangan satunya. Kak Alya terdengar menjerit tertahan. Kak Alya orgasme! Dan aku pun menyusul muncrat sambil memegang tongkolku yang menegang keras di dalam celanaku. Ya, aku bahkan tak sempat mengeluarkan tongkolku. Aku benar-benar payah. Kini celana ku basah karena pejuhku sendiri. Memalukan.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Mba.. mba.. ini satenya lima bungkus, hehehe. a-anu mba, saya juga mau loh yang enak-enak, hehehe. ” si abang mendekat kak Alya.

Kak Alya mengumpulkan sisa tenaga dan menghadap si abang lagi, “ini Pak, uang lima puluh ribu.. ambil aja kembaliannya.. enak kan Pak? Hihi.. makasih ya Pak..” seraya Alya bergaya imut dengan memiringkan kepala lalu meninggalkan si penjual yang merasa dongkol itu. Uugh kak Alya. Berani amat, ga takut diperkosa apa? Nakal bener kak Alya.

Setelah masuk kak Alya disambut oleh teman-temanku dengan sorakan.

“Waaa! Gila nih lonte, asli bikin gue panas dingin loh.. Aldi aja ikutan panas dingin ampe ngompol, hahaha!” Dado menghina kak Alya dan meledekku.

“Hihi.. tapi udahan kan? Kakak boleh gak keluarin sekarang? Ngeganjel banget tau?”

“Yoii! Keluarin aja.. biar si Aldi liat, hehe..” Bono yang sudah datang karena sate ayamnya tiba ikut nimbrung sambil mengurut-urut tongkinya yang hitam. Aku jadi ingat kemarin, soal bon bon hitam.

“Adeek.. liat yah, hihi.. ada yang mau keluar nih.. uugh..” wajah kak Alya seperti menahan sesuatu.

Kak Alya memelorotkan celana dalamnya pelan-pelan. Dari mulut vaginanya terlihat tali gantungan dengan ujung bandul kepala hello kitty menjuntai keluar dari dalam ditarik perlahan oleh kakak, hingga akhirnya keluar meluncur bebas jatuh ke lantai keluar dari persembunyiannya. Benar seperti dugaanku, vagina kakak dimasuki HP oleh mereka, HP kak Alya benar-benar terlumuri cairan-cairan pelumas kak Alya yang kental. Bahkan masih ada yang menetes dari vaginanya.

“Adeek.. liat deh tuh kerjaan temen kamu, basah deh HP kakak, huuuh.. kak Alya kayak abis melahirkan aja. kamu bisa bayangin ga sih dek, kalo yang keluar dari sini tuh bayi beneran? Hihi..” kak Alya mulai lagi dengan nakal memancingku seperti seorang pelacur asal ngomong.

“..Uugh.. bayi kak Alya?” aku merasa tegang kembali.

“Iya dek.. kak Alya kayak dihamilin.. terus keluar baby.. kebayang ngga sih? Hihihi” kak Alya malah bertingkah geli sendiri di hadapan teman-temanku.

“Ga usah pura-pura, beneran juga gue kasi buat nih cewek.. hehe, gue hamilin yah..”
Dado memotong. Sementara yang lain mulai beranjak mendekati kak Alya. Ada yang mulai grepe-grepe. Dan ada yang meremas susu kak Alya. aku masih terperanjat melihat semuanya berjalan begit ucepat.

“Bro.. nih lonte kayaknya suka kalo hamil bro. Gimana kalo gue hamilin bro? Boleh kan?” Bono menimpali.

“Iiih, sembarangan deeh panggil kak Alyanya yaaah. ”
“Ah, bukannya kak Alya demen yah? Tadi di kamar mandi gua bisikin perek, pecun, pelacur, lonte, malah melongo ampe mukanya merah gitu, hahaha!”

“Duuuh, apaan siiih! Bohong kok dek, hihihi. masa sih kakak suka dipanggil kotor kayak gitu?”

“Gue juga yakin lo suka kan dientotin kak? Udah berapa cowo yang ngentotin lo kak? Siapa aja sih?”

“Palingan nih cewek udah hamil kali, gak tau siapa aja deh yang udah ngobok-ngobok memeknya hehehehe. bener ngga kak?” mereka saling melemparkan celetukan yang membuat kak Alya makin tak berdaya melawan janjinya sendiri pada adiknya. Kulihat nafas kak Alya malah makin berat, dan bodohnya begitupun juga denganku.

“Inget loh. kakak gak mau sampai kebablasan. udahan yah? Diliatin Aldi tuh. hihi..” kak Alya berusaha menahan mereka, dan akupun seperti menanti sampai sekuat mana kak Alya berpegang pada janjinya itu. Hanya saja kini aku sendiri pun seperti mempertanyakan keteguhanku pada janji yang kupinta sendiri pada kakakku. Karena apabila kakakku akhirnya memang digagahi mereka, akan terjadi di depan mataku sendiri. kak Alya, dengan teman-teman jelek sepermainanku di sekolah.

“Bawel lo cun. bilang aja lo pengen, hehehe. muka lo ampe merah begitu?”
“A-adeeek. ”

“I-iya kaaak. ”
“Dek.. kak Alya mau dihamilin temen-temen adek nih.. boleh ngga sih dek?” kak Alya bertanya padaku dengan wajah agak ragu-ragu sambil terus digrepe-grepe mereka.

“Uugh, kak Alya.. dihamilin mereka?” tanyaku seperti agak tak terima.

“Iya bro.. itu artinya kita semua bakal ngentotin nih lonte.. kakak lo.. Heh! Lo pengen kan kita entotin? Minta ijin dulu donk ama adek lo tuh?” tanya Dado dengan kasar ke kak Alya.

“Adeek.. temen-temen pengen ngentotin kak Alya nih.. boleh ngga dek?”

“Kak Alya.. pelacur..” hina ku pada kakakku sendiri yang seperti melempar keteguhan janji balik kepadaku.

“Kak Alya nanti dientotin di semua lobang kakak, mulut, memek, sama pantat kalo temen-temen adek mau.. boleh ngga dek?” kak Alya seperti lonte meminta padaku dengan merendahkan dirinya.

“Kak Alya.. lonte..” aku semakin menegang lagi melihat kenakalan kakakku ini.

“Adeek.. boleh yaah..” kak Alya mengiba padaku. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa kakakku yang cantik ini digenjot bersamaan oleh mereka.

Maka ketika aku mengeluarkan kontolku, seperti persetujuan bagi mereka. Teman-temanku mulai menggarap kak Alya.

Aku seperti menyerah pada ketakberdayaan ini hanya bisa berdiri dan terus mengocok batang kemaluanku. Pandanganku hanya tertuju pada kak Alya yang sedang digagahi oleh teman-temanku di ruang tamu. Aku seperti tak ingin pertunjukan kak Alya digarap oleh teman-temanku berhenti begitu saja. Apalagi melihat kakak didorong punggungnya oleh Dado supaya membungkuk sambil masih berdiri membelakanginya.

“Nungging yah kak, hehehe. ouugh brooo, gue kontolin nih kakak lo yang cantik, eeegh..”
“Uuugh deeek. kontol Dado deek. masuk semuaaah.. emmmhh.”
“Gila sempit banget nih meki. Akhirnya gua entotin juga lo kak! Uuuhhh. ”
“Eegh.. eeeghh. adeeek, kakak dientot Dado nih deeek. temen kamu nakaaal. ”

Sambil bicara nakal dan menggoda kak Alya dientot oleh Dado dari belakang. Tubuh Kak Alya bertumpu pada tepi sofa. Terlihat yang lain sambil mengurut-urut tongkinya sesekali menjejalkannya pada mulut kak Alya. Bahkan secara bergantian. Dan semuanya memperlakukan mulut kak Alya dengan kasar. Berkali-kali kak Alya tersedak, tapi sekalipun kak Alya muntah, tetap saja kak Alya hanya cekikikan saja.

Tidak ingin ketinggalan menggarap kakakku, mereka mengubah posisi lagi. Posisi lain memperlihatkan kak Alya duduk di atas Bono yang sedang tidur terlentang dan memasukkan penis hitamnya kedalam liang peranakan kakak, sedang Bono sambil memegang pinggul kakak menggoyangnya maju mundur dengan tidak sabar.

“Goyang dong lonte! Lo lonte kan? Ayo terus goyang! Entar gue kasi anak lo.. gue bikin hamil.. Eeghh..” tariknya dengan kasar.

“Iyah sayang.. iyah.. uugh.. lonte goyang terus kok.. lonte goyang nih.. Ough..” kak Alya jejeritan ga karuan. Tapi sesekali melirikku, seolah tidak ingin aku ketinggalan sajian dari kakakku yang nakal ini.

“Ayo lonte! Makan dulu.. lo abis muntah kan? Ayo makan lagii.. hehe” Feri langsung menjejelkan mulut kak Alya.

“Gila nih lonte.. mau aja diapa-apain yah bro.. Cuih!” Yanto meludah lobang pantat kak Alya berkali-kali sampai akhirnya dia menempelkan kepala kontolnya di lobang anus kakakku.

“OOUGH! Adeek.. UUGHH! Anus kakak.. eeggh! Anus kak Alya deek.. pelan To, sakit.. uugh!” kak Alya seperti berusaha menahan sakit saat anusnya dijejali kontol Yanto.

Kini kak Alya resmi sudah menjadi objek fantasiku di mana sajian tidak lagi melalui cerita atau suara saja, melainkan di depan mataku, walau harus dimulai dari teman-temanku. Semua lobang kakak dipenuhi oleh mereka. Mulut manis dan imut kak Alya digenjot oleh Feri hingga air air ludah kak Alya meleleh sampai ke dagu. Memek dan Pantat kak Alya dientot dengan kasar bersamaan dengan irama bergantian keluar masuknya kontol Bono dan Yanto.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

“Bentar bro.. bentar.. cabut dulu..” seru Dado meminta Feri mengehentikan kegiatan menggenjot mulut kakakku.

“Bro liat kakak lo yang alim bro.. hehe.. cuih! Cuih!” Dado meludah kedalam mulut kakakku yang sedang terbuka berkali-kali. Dan Feri juga ikut meludah tepat di lidah kak Alya yang sedikit terjulur keluar, dengan wajah memerah terlihat kakak sangat menikmati direndahkan orang jelek seperti mereka yang seharusnya menghormatinya. Dan gilanya sambil terus menggoyang pinggulnya, ludah yang teman-temanku ditelan begitu saja oleh kakak. Kakakku benar-benar suka dihina lebih rendah dari seorang pelacur.

“Dasar lonte lo.. gue tinggal pasti dia yang minta dientot.. ya ngga? Jawab donk kak!” hardik Feri ikut terbawa suasana.

“Aaakhh. Iyah. kak Alya minta dientot.. dientot terus. Uuugh.. Adeek..kak Alya boleh ngga jadi lonte? Eeggh.. boleh yaah. ” pinta kak Alya ditengah-tengah genjotanya dua kontol di lobang anus dan memeknya.

“Kalo gua ga mau ngentotin lo lagi gimana donk kak lonte? Hehe..”

“Kak Lonte cari orang.. eeghh.. yang mau entotin terus.. uugh.. adeek.. sama anjing kak Alya juga mau, hihi.. eeennghhh..” kak Alya seperti tak bisa kupercaya. Apakah hanya karena terbawa horni hingga tak sadar mengucapkan itu?

“Gila nih kakak lo bro.. lebih parah dari yang gue kira.. hehe..” Dado menghina kakakku.

Kak Alya terlihat mulai kepayahan menghadapi mereka. Mata kak Alya mulai sering menatap kosong ke langit-langit, seperti menahan deraan badai kenikmatan atas perlakuan tak senonoh ini. Melihat genjotan teman-temanku semakin kencang, kak Alya pun seperti kesetanan menggelinjang. Tubuh ramping dan putih kak Alya yang begitu kontras dengan warna kulit teman-temanku tergocang maju mundur dipompa mereka pada ketiga lobang kak Alya, vagina, anus dan mulutnya secara bersamaan. Aku pun mempercepat kocokanku sambil bangkit mendekati kak Alya. Tertatih-tatih aku dan kak Alya melupakan janji sakral kami berdua.

Feri yang sudah tak kuat menggenjot mulut kakakku langsung menumpahkan pejuhnya kedalam rongga mulut kak Alya hingga kak Alya kepayahan menelannya.

Yanto yang sedianya menggenjot anus kak Alya langsung mencabutnya dengan paksa dan berganti posisi dengan Feri yang kini sudah terduduk lemas dengan nafas terengah-engah. Bahkan belum selesai kak Alya mengambil nafas panjang lagi, kini giliran Yanto menjejalkan mulut mungil kakakku. Sambil melirik kearahku, kak Alya memperlihatkan kehinaannya padaku, bahwa ia kakak yang cantik dan sopan, bisa menjadi hina sehina-hinanya dengan mulut penuh pejuh orang-orang yang jelek.

“Nih Lonte.. makan dulu yah.. hehe.. biar sehat, dan bergizi, hahaha..”

“Adeeek, kakak disuruh mamam lagi niiih. liat deh, kontol Yanto dipukul-pukul ke muka kakak nih, mana anget loh kontolnya, hihihi. Aaaa..” kak Alya dengan tatapan nakal dan terangsang tingkat tinggi malah mangap dan menunggu kontol Yanto yang bau itu dijejalkan kedalam mulut kak Alya.

“Aargh gue semprot yah.. telen yang banyak yah njing.. biar sehat, hehe.. Aargh!” sambil menodai mulut kakakku dengan semprotan pejunya, Yanto mengatai kak Alya seenaknya hanya karena kak Alya asal bicara mau dientot anjing sebelumnya.

Setelah dicabutnya kontol Yanto, kak Alya masih menganga akibat paksaan jejalan kontol Yanto barusan. Dengan sedikit memamerkan paju-peju temanku di dalam rongga mulut kakak yang sampi menetes ke dagu, kak Alya terus menatap sayu padaku di tengah goncangan tubuhnya akibat sodokan-sodokan Bono dan Dado yang masih mengapit tubuh ramping kakakku.

Setelah dua temanku K.O. kini tinggal Dado dan Bono yang saling memburu didalam liang vagina dan anus kak Alya.

“Gue bikin hamil lo.. gue entot nih memek lonte ampe hamil.. Uuugh!” Setelah mengejang pertanda muncratnya peju Bono dalam liang peranakan kakak, Bono tumbang. Tapi Dado masih menggenjot pantat kak Alya diatas tubuh Bono yang lunglai.

“Terus sayang.. terus entotin kakak.. kakak suka dientot Dado.. kakak mau dientot terus.. uuugh.. adek.. kakak boleh yah dientot Dado.. tiap hari..” kak Alya mulai meracau tak karuan, dan membuatku hampir klimaks..

“Adeeek.. boleh ya kakak minta dientot terus.. dihamilin. dipejuhin badan sama muka dan mulut kak Alya..”

“AARGH! KAKAK PELACUUUR! KAK ALYA LONTEE!” aku muncrat sejadi-jadinya kesegala arah sambil kupegang erat kontol menyedihkanku.

“. Eeeeggghhh! ADEEEK!” kak Alya mencapai orgasme memanggil namaku dengan kencang.

Sambil duduk aku melihat teman-temanku kelelahan karena ngecrot seharian dilayani kakakku. Begitu juga denganku yang lemas menghadapi siksaan dari tingkah nakal kakak kandungku ini. Ingin rasanya aku juga ikut ambil bagian mencicipi tubuh kak Alya, tapi aku pastinya akan selalu mendapat jawaban yang sama.

Malam ini mereka melanjutkan ronde kedua di dalam kamar kak Alya. Aku yang sudah muak memutuskan untuk tidur saja di kamarku sendiri. Sempat terlihat di mata kak Alya sebuah tatapan kaget tak menyangka ketika melihatku yang justru memutuskan untuk tidak mengikutinya ke kamar. Aku hanya mendengar suara-suara berisik mereka sibuk meledek dan merendahkan kakakku sambil terus melakukan entah apapun itu. Yang kudengar awalnya hanya cekikikan saja, lalu diakhiri dengan jeritan panjang kak Alya. Dan itu terjadi berkali kali sampai tengah malam di mana akhirnya sunyi senyap menandakan mereka sudah tertidur.

Namun tak kusangka, ketika tengah malam pintu kamarku terbuka. Seseorang masuk dan mendekat ke tepian ranjangku.

«Adeeek. kakak boleh gak bobo di sini?»
«Kenapa kak? Kok gak bobo di sana aja?» jawabku ketus berusaha menarik perhatiannya.

«Cuma pengen aja, boleh kan?» tanyanya lagi. Akupun seperti tak mampu menolak, akhirnya ku menerima kak Alya tidur di kamarku. Kak Alya lalu memelukku dari belakang menyadari aku tidak menghadap dirinya.

Setelah beberapa minggu banyak hal terjadi di antara kami berdua, kini semuanya seolah terlupakan dalam sekejap saja dengan pelukan hangatnya. Seolah dalam pelukannya menceritakan banyak hal padaku. Tentang bagaimana sebenarnya dirinya, kenapa aku hanya kebagian coli atas fantasiku tentang kakakku, dan mengapa aku harus memiliki pacar sendiri ketimbang harus menggagahinya yang merupakan kakak kandungku sendiri. Tapi sebagian dari diriku tetap menginginkan kakakku sebagaimana orang-orang lain juga bisa mencicipinya.

Cerita dewasa kak alya. Смотреть фото Cerita dewasa kak alya. Смотреть картинку Cerita dewasa kak alya. Картинка про Cerita dewasa kak alya. Фото Cerita dewasa kak alya

«Aku sayang kakak. » Walau aku masih kesal karena dia mau-maunya digagahi teman-teman jelekku, namun aku masih menyayanginya.

«Kak Alya juga sayang kamu dek. makanya cari pacar yah»

«Uuugh. kak Alyaaaa, hehehe. » Dan walaupun aku masih kesal, tetap saja aku tak tahan melihat penampilannya yang masih mengenakan seragam lusuh dengan bawahan sudah tak mengenakan apa-apa lagi itu. Kehadirannya saat ini seolah mengobati rasa kesalku seharian, yang mana saat ini hanya ada aku dan kak Alya di dalam kamarku.

“Kak.. ngentot dong…”
“Jangan… gak boleh!”
“Yah… kak, please dong…”
“Kamu ini… udah kakak bilang gak boleh!”

“Ya udah boleh, tapi cuma kali ini aja ya…”
“Beneran kak?”
“Iya… sekali ini aja, gak ada lagi” ujarnya dengan senyum manis.
“Ng… iya deh kak, gak apa…”

Ugh… senangnya hatiku akhirnya kak Alya membolehkan aku bersetubuh dengannya. Dengan semangat akupun menindih tubuhnya, menggerayanginya, serta menciumi wajahnya berkali-kali. Aku lampiaskan nafsuku yang selama ini tertahan ke padanya. Jika benar yang dia katakan kalau aku hanya boleh sekali ini saja, maka aku harus menggunakannya sebaik mungkin dan sepuas-puasnya.

“Hihihi, Adek… pelan-pelan aja, nikmatin”
“Ngh… iya kak…”
“Puas-puasin yah adekku…”
“Iya kak… makasih.. Aku sayang kakak”

Ketika penisku yang mengeras benar-benar amblas di dalam liang peranakan kak Alya, perasaan dan pikiranku melayang tinggi tak berujung. Aku dan kakak kandungku akhirnya bersetubuh!

Ya. Aku bersenggama dengan kakakku malam ini. berulang-ulang. Bahkan ketika aku sudah ngecrot dan terasa lelah, seolah tak ingin waktu dan kebersamaan dengan kakakku ini berlalu begitu saja, cukup dengan melihat kak Alya yang putih mulus dan bening setengah bugil sambil tersenyum padaku akhirnya aku bangkit lagi lalu kembali menggagahi kakakku sendiri, lagi. lagi. dan lagi.

«Eeghh. kak Alyaaaa. kakaaaaakkuuu. »
«Hihihi. emmmmhh. adeekkuuuu. «

Setelah sekian lama. aku dan kakakku akhirnya bersetubuh.

Aku, adik kandungnya. dan kakakku yang cantik dan seksi, kak Alya.

“Iya kak, sore nanti aku sampai kok”
“Ohh… sore ya? Masih cukup waktu deh kalau gitu”
“Cukup waktu ngapain kak?”
“Eh, nggak kok… Udah dulu yah dek. Alamat rumah kakak jelas kan? Kakak tunggu ya di rumah”
“Iya kak, terus…”
belum selesai aku ngomong ternyata telepon sudah dimatikan. Dasar, kebiasaan kakak yang ngga pernah hilang.

Tiga tahun berlalu. Masih teringat jelas bagaimana waktu itu kak Alya membolehkan aku menyetubuhinya. Apa yang aku rasakan malam itu sungguh luar biasa. Malam terindah yang pernaha kurasakan selama ini. Walau ternyata memang hanya sekali di malam itu saja, dia benar-benar tidak mengizinkan aku melakukannya lagi bersamanya.

Aku kini sudah kuliah dan tidak tinggal bersama dengan kak Alya lagi. Kakakku sudah menikah dan tinggal bersama suaminya, mas Hendi. Tapi hari ini, aku berencana untuk mengunjungi kakak di rumahnya dan menginap di sana selama liburan semester. Siapa tahu kakak masih mau melepas rindu seperti dulu lagi. Atau mungkin Alya sudah berubah semenjak menikah dengan mas Hendi?

Setelah perjalanan yang cukup lama akhirnya aku sampai juga di rumah kak Alya. Namun ternyata aku sampai lebih cepat. Aku sampai saat masih siang, bukan sore seperti yang aku perkirakan. Tapi biarlah, malah bagus kan berduaan dengan kak Alya sebelum mas Hendi pulang kerja?

“Tok tok tok” Ku ketok pintu depan rumahnya. Aku tak sabar berjumpa kak Alya lagi. Namun setelah berkali-kali ku ketok tidak ada yang menyahut. Apa tidak ada orang di rumah?? Namun saat ku coba meraih gagang pintu, ternyata tidak terkunci.

Ku coba saja masuk ke dalam sambil berteriak memanggil kak Alya, tapi tetap tidak ada yang menyahut. Bahkan di dalam kamar tidur kakak dan mas Hendi pun tak kudapati ia di sana.

Hingga akhirnya aku mendengar suara aneh dari ruang belakang yang tepatnya di gudang. Ketika menengok ke dalam salah satu kamar, aku terperanjat! Seorang wanita cantik terbaring di atas spring bed bekas sedang ditindih seorang pria! Namun pria yang terlihat tua, berkeringat, dan sedang asyik menindihnya itu bukan suaminya!

“K-kak Alya!”
“Eh, A-adek? Kamu udah sampe??”

Источники информации:

Добавить комментарий

Ваш адрес email не будет опубликован. Обязательные поля помечены *